Oleh : Tazkir, S.Pd
Setiap hari Senin hanya 45 menit, satu jam pembelajaran sebelum kegiatan proses belajar mengajar (PBM) dimulai upacara bendera wajib dilaksanakan seluruh instansi terutama di sekolah tingkat SD sampai tingkat SMA. Acara pokok kegiatan tersebut adanya amanat disampaikan oleh pembina bagi yang berhadir tujuannya adalah untuk membangun sikap nasionalisme diantaranya cinta tanah air, religi, mengenang jasa para pahlawan (kemerdekan,guru), membentuk serta menanamkan kedisiplinan dan ketangguhan moral baik secara fisik dan psikologis terhadap guru dan siswa.
Pada kegiatan ini anak didik dilibatkan langsung dalam pembiasaan menanamkan nilai-nilai Pancasila yang dialami dalam kehidupan sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung. Pelaksanaan yang terjadwal sebagai pembina upacara antara lain kepala sekolah,guru dan tenaga pendidik (tendik) secara bergantian setiap minggunya, tetapi masih ada sebahagian guru yang enggan menjadi pembina upacara atau menghindar dengan berbagai alasan berhalangan belum ada persiapan, kurang sehat dsb,bahkan ada sebahagian guru yang tidak pernah merasakan sebagai pembina upacara bahkan sampai berakhir masa jabatan (pensiun).
Keengganan guru biasanya disebabkan karena merasa takut, tidak ada konsep, merasa malu, grogi atau tidak berani?. Seharusnya guru sebagai motivator untuk memotivasi kepada siswa dalam rangka memperbaiki untuk memberanikan diri di depan umum karena pada saat tersebut guru dapat menyampaikan banyak hal positif kepada siswa seperti bidang akademis, mengevaluasi pendidikan, akhlak, kurikulum, lingkungan sekolah,perestasi siswa, memperbaiki pendidikan, cara meningkatkan perestasi, kesehatan, SAINS, ekonomi, sosial, budaya, teknologi banyak hal penting harus disampaikan, jika hal ini tidak tersampaikan siapa lagi yang menyampaikan kalau bukan guru pada saat menjadi pembina upacara. ”Sampaikanlah dariku walau satu ayat”(HR.Bukhari).
Disinilah kesempatan guru untuk berkomunikasi dengan baik, menyampaikan pengetahuan yang dapat membantu membentuk karakter kepribadian warga sekolah khususnya peserta didik. Guru harus terbiasa berkomunikasi bukan hanya di dalam kelas namun juga di luar kelas(Upacara bendera).
Merubah metode mental lama tidak berani menjadi mental berani sangatlah sulit untuk dilakukan dalam waktu singkat secara perlahan dengan jiwa optimis dapat dirubah. Buah pikiran seorang guru sangat dinantikan siswa dalam memberikan bimbingan,nasihat positif terhadap kemajuan perkembangan siswa dan sekolah. “Malulah pada siswa”, contoh kita memberikan perintah disiplin pada siswa seperti guru mengumumkan sebelum pelaksanaan, anak-anak besok upacara diharapkan siswa cepat hadir, pakaian harus rapi, datang tepat waktu dengan rasa tanggung jawab siswa melaksanakan apa yang diperintahkan atasannya, alangkah terkejutnya bila ada guru enggan sebagai pembina upacara. Secara tidak langsung guru tersebut sudah melanggar aturan kedisiplinan pada diri sendiri hal tidak baik untuk diterapkan,padahal pandangan serta wawasan intelektual seorang guru sangat dinantikan dan diharapkan seluruh siswa yang berhadir pada hari tersebut.
Jadi apa kiat agar guru enggan sebagai pembina upacara adalahUbahlah kebiasaan berbicara tidak bemanfaat menjadi budaya berbicara bermanfaat dihadapan siswa
Awali dengan bismillah
Jangan merasa takut bila terjadi kesalahan
Selalu optimis jangan pesimis
Jangan gugup atau grogi
Tetap tenang
Pergunakan teks bila belum mampu berbicara tanpa teks
Pikirkan penyampaian kita menarik
Buang rasa dicengram rasa takut
Kesimpulan penulis pelaksanaan upacara bendera dan menjadi pembina upacara sangatlah penting untuk wadah penguatan karakter siswa,membangun karakter menanamkan kebiasaan yang baik sehinga siswa menjadi paham tentang kedisiplinan dan tata nilai keteladanan kehidupan. KI Hajar Dewantara memberikan semboyan Tut Wuri Handayani memiliki arti Dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan.
Penulis
Guru SMA Negeri 1 Bukit Bener Meriah
Merubah metode mental lama tidak berani menjadi mental berani sangatlah sulit untuk dilakukan dalam waktu singkat secara perlahan dengan jiwa optimis dapat dirubah. Buah pikiran seorang guru sangat dinantikan siswa dalam memberikan bimbingan,nasihat positif terhadap kemajuan perkembangan siswa dan sekolah. “Malulah pada siswa”, contoh kita memberikan perintah disiplin pada siswa seperti guru mengumumkan sebelum pelaksanaan, anak-anak besok upacara diharapkan siswa cepat hadir, pakaian harus rapi, datang tepat waktu dengan rasa tanggung jawab siswa melaksanakan apa yang diperintahkan atasannya, alangkah terkejutnya bila ada guru enggan sebagai pembina upacara. Secara tidak langsung guru tersebut sudah melanggar aturan kedisiplinan pada diri sendiri hal tidak baik untuk diterapkan,padahal pandangan serta wawasan intelektual seorang guru sangat dinantikan dan diharapkan seluruh siswa yang berhadir pada hari tersebut.
Jadi apa kiat agar guru enggan sebagai pembina upacara adalahUbahlah kebiasaan berbicara tidak bemanfaat menjadi budaya berbicara bermanfaat dihadapan siswa
Awali dengan bismillah
Jangan merasa takut bila terjadi kesalahan
Selalu optimis jangan pesimis
Jangan gugup atau grogi
Tetap tenang
Pergunakan teks bila belum mampu berbicara tanpa teks
Pikirkan penyampaian kita menarik
Buang rasa dicengram rasa takut
Kesimpulan penulis pelaksanaan upacara bendera dan menjadi pembina upacara sangatlah penting untuk wadah penguatan karakter siswa,membangun karakter menanamkan kebiasaan yang baik sehinga siswa menjadi paham tentang kedisiplinan dan tata nilai keteladanan kehidupan. KI Hajar Dewantara memberikan semboyan Tut Wuri Handayani memiliki arti Dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan.
Penulis
Guru SMA Negeri 1 Bukit Bener Meriah