Semenjak diadakannya program kampus merdeka belajar oleh kementerian pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi (kemendikbud) berbagai kementerian lainnya juga turut bekerjasama untuk memeriahkan program ini antara lain yaitu kementerian sosial dsn kementerian agama.
“Program pejuang muda adalah laboratorium sosial bagi para mahasiswa mengaplikasikan ilmu dan pengetahuannya untuk memberi dampak sosial secara konkret. Program ini setara 20 SKS, mahasiswa ditantang untuk belajar dari warga sekaligus berkolaborasi dengan pemerintah daerah, pemuka masyarakat, tokoh agama setempat serta seluruh stakeholder penggerak sosial didaerah”(pejuangmuda.kemensos.go.id)
Adapun ruang lingkup kerja mahasiswa dalam pejuang muda adalah sebagai berikut:
Mahasiswa turun langsung kedaerah yang membutuhkan bantuan
Mahasiswa akan berkolaborasi (magang) dikementerian sosial untuk mendukung program-programnya
Bersama kementerian sosial, mahasiswa akan merancang dan mengeksekusi program sosial yang relevan untuk daerah tersebut
Mahasiswa akan merancang digital campaign untuk mendukung program sosial yang dijalankan (pejuangmuda.kemensos.go.id)
Ada empat pilihan program yang ditawarkan, yaitu pengembangan program bantuan sosial, pemberdayaan fakir miskin, pola hidup sehat dan kesehatan lingkungan dan fasilitas untuk kepentingan umum.
Dalam program pejuang muda kementerian sosial mahasiswa yang magang akan melakukan verivikasi dan validasi data penerima bantuan sosial, yaitu Program keluarga harapan(PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) sebagai kegiatan utama yang dikerjakan oleh mahasiswa, dimana kegiatan ini dapat dikategorikan kedalam pengembangan program bantuan sosiaL. Sembari mengerjakan kegiatan verval data, mahasiswa juga dituntut untuk dapat melakukan pemetaan sosial daerah mereka ditempatkan( potensi daerah, kelebihan, kelemahan dan ancaman) juga melakukan management resiko. pemetaan sosial ini akan sangat berguna dalam penyusunan proposal based program pejuang muda. Dalam satu daerah penempatan terdiri dari kurang lebih 10 mahasiswa. Nenci ditempatkan di kabupaten aceh sisngkil bersama Sembilan rekan satu tim dari berbagai universitas di Indonesia, seperti universitas sumatera utara, universitas malikussaleh, universitas sari mutiara, institut kesehatan sumatera utara, universitas islam negeri sumatera utara, institut agama islam negeri curup,universitas padjajaran dan universitas sebelas maret yang dikoordinir oleh kordinator daerah dari dinas sosial kabupaten aceh singkil yaitu bapak Ananda Syaputra . Setiap mahasiswa diberikan tanggung jawab untuk memverifikasi dan validasi data kurang lebih 1000 data per mahasiswa, selama kurang lebih 2 bulan program ini berjalan nenci dan tim telah memverivikasi sekitar 4.292 Data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) Dengan 7 kecamatan yang dapat dijangkau dari 10 Kecamatan di kabupaten aceh singkil.
Kondisi dilapangan sangat menentukan jumlah data Keluarga Pemenerima manfaat yang dapat diverifikasi. Dalam melakukan verval ke desa-desa di Aceh Singkil kami mengalami berbagai kendala di lapangan seperti jaringan yang terkadang hilang karena mati lampu di beberapa Kecamatan sekaligus serta daerah dengan sinyal sangat minim bahkan tidak ada, kemudian kondisi cuaca yang akhir-akhir ini sering terjadi hujan menjadikan hambatan bagi pejuang muda untuk menjangkau rumah-rumah KPM PKH dan BPNT termasuk ada Sebagian warga yang sulit untuk di jumpai dikarenakan bekerja di sebuah PT. dan membawa keluarganya untuk menetap di PT. tersebut dan terakhir kendala salah satu nya juga yang pejuang muda jumpai di lapangan adalah terletak pada pelayanan desa dimana ada beberapa desa yang Pejuang Muda datangi kurang memberikan pertolongan untuk mendampingi dalam menunjukan rumah para warga yang berada di desanya .
Dalam hal ini para pejuang muda banyak mendapat laporan dari masyarakat tentang penerima bantuan sosial yang sudah tidak layak menerima bantuan tersebut dan benar saja saat pejuang muda melakukan turun ke lapangan banyak sekali yang ditemukan penduduk yang dalam artian sudah tidak seharusnya mendapatkan bantuan sosial tetapi justru masih mendapatkannya, hal ini harusnya jadi perhatian kita bersama dimana kesenjangan ini tidak boleh terjadi sehingga dampak yang disebabkan nya sangat terasa bagi warga yang benar-benar kurang mampu tetapi tidak mendapatkan apa yang harusnya di dapatkannya.
Selain kegiatan verivikasi data kami dari tim Ace singkil juga melakukan kegiatan pelatihan dan sosialisasi pengembangan usaha kreatif perajin anyaman daun pandan di desa tanjung mas kecamatan simpang kanan kabupaten aceh singkil. Dimana saerah ini terkenal dengan kearifan lokalnya juga kerap mendapatkan penghargaan sebagai desa budaya se- Indonesia. Oleh karena itu untuk kami melihat bahwa desa tersebut berpotensi untuk dikembangkan melalui buah tangan yang dapat disuguhkan kepada wisatawan. Target sasaran dai kegiatan ini adalah ibu-ibu penerima PKH yang didampingi oleh ibu summa w. musi sebagai salah satu informan kami dalam pengumpulan data terkait kelompok tersebut.
Sebelum melaksanakan kegiatan pertama-tama kami melakukan pendekatan kepada ibu-ibu KPM lewat kegiatan verval data, kemudian kami melakukan wawancara terhadap ibu-ibu KPM pengayam daun pandan, dimana hasil dari anyaman hanya berbentuk tikar dan dijual di pasar. Dari hasil wawancara kemudian kami bersama ibu summa w. musi berencana melakukan sosialisasi dan pelatihan usaha kreatif bagi mereka. Setelah itu kami melakukan koordinasi kepada pihak desa terkait rencana kegiatan sosialisasi dan pelatihan usaha kreatif. Kegiatan ini disambut baik oleh pihak desa.
Adapun hasil ringkasan/kesimpulan dari kegiatan tersebut adalah
Melakukan pengisian kepada kelompok sasaran melalui pembicara dengan materi usaha kreattif dan kewirausaan juga marketing di era 4.0.
Melakukan demo contoh usaha kreatif anyaman daun pandan yaitu tas dan juga gantungan kunci sebagai inovasi kearifan local dan dapat dijadikan sebagai oleh – oleh ciri khas dari desa tersebut.
Dengan adanya sosialisasi dan pelatihan usaha kreatif ini diharapkan dapat berdampak kepada peningkatan perekonomian masyarakat desa tanjung mas juga sekali gus dapat menjadi salah satu usaha pengurangan tingkat kemiskinan di kabupaten Aceh singkil.
( Nenci Junisas )