Notification

×

iklan dekstop

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Budaya Rameune yang Patut Dilestarikan

Kamis, 03 Juni 2021 | Juni 03, 2021 WIB Last Updated 2021-06-03T11:19:45Z



Oleh Abdan Syakura
Mahasiswa Sosiologi Agama FUF-UIN Ar-Raniry & Siswa Sekolah Kita Menulis (SKM)

Budaya rameune yang patut dilestarikan di Nagan Raya, kata rameune tak asing di telinga orang-orang yang pernah mendengarkannya, khususnya di Nagan Raya itu sendiri. Sepengetahuan penulis pertama kali muncul saat terjadinya dinamika politik di Nagan Raya saat menjelang kontestasi politik Nagan Raya pada waktu lalu. kata rameune diartikan sebagai nama lain dari banyak akal (leu akai). Karena ketika terjadinya permainan politik di Nagan Raya waktu lalu banyak masyarakat Nagan raya bermain akal, atau sedang mempraktikkan budaya rameune. Bermacam cara mereka lakukan untuk memenangkan kandidat yang mereka tokohkan.

Budaya rameune ini sudah muncul dikalangan masyarakat Aceh sejak dulu, karena sampai saat ini kata-kata rameune itu masih sangat sering kita dengar di kalangan masyarakat Aceh khususnya orang-orang yang sering terjun ke ranah politik dan memahami tentang adat Rameune itu dikenal karena setiap masyarakat Nagan Raya ketika bergaul dengan orang-orang luar mereka Pasti berbicara ataupun mengeluarkan kata-kata rameune, dapat dikatakan kata yangsudah menjamur pada pembicaraan masyarakat kawasan Nagan Raya maupun bagi masyarakat luar Nagan Raya. Fenomena ini dapat dikatakan sesuatugal yang sudah sulit untuk di hilangkan dari masyarakat Nagan Raya, karena telah menjadi budaya bagi masyarakat di Nagan Raya.

Memahami terkait kata rameune setiap orang wajib berdialog dengan orang-orang tua karena rata-rata orang yang sudah tua tersebut pasti dapat memahami lebih dalam lagi terkait kata rameune, dan tak asing juga kata rameune tersebut dipakai dalam berbisnis agar mendapatkan banyak langganan ataupun jaringan sesama pedagang, bagi setiap sesama pedangang itu sudah dianggap hal biasa dan lucu.

Berdasarkan fenomena sosial di Nagan Raya ini penulis berpandangan bahwa anak-anak muda yang di Nagan Raya sekarang tampak minim mengetahui tentang kata rameune, karena pemuda yang ada di kabupaten tersebut sudah banyak dilalaikan dengan media sosial, dan mereka jarang berdialog dengan orang-orang tua ataupun orang-orang yang sudah mengerti dengan maknanya. Saat ini anak muda setempat cenderung tidak memahami makna rameune, yang mereka pahami hanya sekedar pengertian etimologinya saja, sedangkan pengertian secara terminologinya tidak dipahami secara baik dan benar.

Yang menjadi perhatian masyarakat luar adalah kenapa kata rameuene itu sering dikeluarkan oleh orang Nagan Raya, para orang-orang berpikir kenapa kata-kata rameune itu sangat heboh terdengar dan kenapa kata-kata itu menjadi pusat perhatian bagi masyarakat Aceh sampai saat ini. Sebenarnya rameune itu tidak salah dirawat dan dilestarikan oleh masyarakat, tetapi juga harus diarahkan ke hal-hal yang positif. Jangan sampai dengan menggunakan rameuene itu kearah yang negatif yang dapat merugikan orang lain. Penulis memahami bahwa rameune itu perlu dilestarikan untuk memperkuat ikatan sosial di Nagan Raya tertuju kearah yang lebih baik, dan citranya pun akan dikenang baik oleh masyarakat-masyarakat yang ada di Aceh.

Sisi lainnya, makna rameuene juga dapat diartikan dengan memuliakan tamu (peumulia jamee) karena orang-orang Nagan Raya. Dari dulu sampai sekarang apabila kedatangan tamu kerumahnya dari pihak rumah akan memberikan makanan-makanan yang khusus karena sudah menjadi adat setempat, tetapi dikalangan masyarakat sekarang sudah salah didalam menafsirkan makna rameune telah menjadi sebagai bahan pembicaraan yang dikonsumsi sehari-hari. Sampai sekarang makna rameune itu telah benar-benar identic dengan Kabupaten Nagan Raya. Untuk itu, yuk kita perkuat budaya rameune ini.

Untuk para pembaca yang budiman, tulisan ini hanyalah sebatas gagasan sepihak penulis terkait budaya rameune, oleh karena itu kajian ini terbuka lebar untuk dikritisi agar dapat di evaluasi bersama guna terjadinya upaya pelestarian budaya rameune kearah yang lebih baik lagi. Sehingga berdampak baik bagi Kabupaten Nagan Raya, Aceh dan Indonesia sebagai bangsa yang perkaya budayanya.