Oleh : Abubakar Sidik
Bandung, 02 April 2021
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma shalli ala Muhammad wa ala Ali Muhammad
Kalau mengikuti kecenderungan Akal pikiran, maka implikasinya akan selalu mencari yang lebih TAHU atau lebih baik. Nah dilapangan sekalipun lebih rendah dalam kualitas tindakan dikarenakan rendahnya kualitas akal tetapi tetap di bela-bela maka ini perlu dianalisis sedemikian rupa.karena mustahil hal tindakan ini mengikuti fitrahnya Akal,pasti ada irisan lain yang tersembunyi.
Contoh, ini sekedar contoh saja.
Ada seorang tokoh masyarakat, karena ia disebut tokoh Masyarakat maka tendensinya adalah panutan sekelompok masyarakat atau lebih. Akan tetapi dalam orasi-orasi yang dilakukan oleh tokoh tersebut sangat bertentangan dengan kecenderungan alami setiap manusia dan akal menolak orasi-orasi tersebut yang menyerang personaliti seseorang, memberikan provokasi untuk membenci sampai kepada membuat kerusuhan. Akan tetapi hal ini tetap dibela sekalipun tindakan dan orasi yang dilakukan tokoh tersebut sangat bertentangan dengan akal kemanusiaan dan Agama sebagai sebuah ukuran NILAI bertindak.
Jadi pertanyaan yang sangat menggelitik di dalam pikiran kita yaitu,kita mengikuti Akal pikiran dalam bertindak dan koheren dengan keyakinan atau menolak hal itu dan mencari pembenaran dari kedua media tersebut?
Dalam sebuah Hadist, Rasulullah Saw berkata bahwa sekalipun Fatimah putriku Mencuri,maka aku yang akan memotong tangannya (menghukum).
Di dalam ungkapan tersebut menjelaskan kepada kita bahwa Rasulullah Saw meletakkan Agama dalam kualitas matematis Akal. Yaitu Adil. Tidak terikat oleh tendensi keturunan, siapapun jika salah maka hukumnya Salah, sekalipun ia adalah Saudara atau anak.
Anak dalam status identitas tetap tidak berubah, akan tetapi tindakan adalah sebuah NILAI yang terikat atas konsekuensi-konsekuensi logis hukum sosial dan hukum Agama. Dan konsekuensi tersebut diterima oleh akal pikiran dan ditemukan di dalam dalil Agama oleh pikiran juga tentang penjelasan bagaimana hubungan tindakan dan keyakinan dan tindakan dengan pemikiran, apakah dalam bentuk konkrit atau dalam bentuk kabar sejarah. Apakah dalam tindakan Individual maupun tindakan kolektif, Alqur’an Suci mengabarkan atau dalam kata lain memberikan kepada kita Informasi bahwa tindakan Ilmiah memiliki ikatan logis terhadap terhadap setiap konsekuwensi yang dihasilkannya dan pelaku sebagai subjek yang bertindak menanggung atau harus bertanggung jawab terhadap konsekuwensi yang lahir dari setiap tindakan yang dilakukan atau dipilih secara sadar.
Seperti dalam Surah Yassin,Ayat 7 “Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman” , konsekuwensi dari Tindakan kolektif disebabkan ketidak ber-iman-an mereka sehingga dampak atau konsekuwensi yang ditanggung juga adalah secara kolektif.
sehingga menurut penafsiran penulis, akal pikiran memiliki peran Fundamental menghubungkan Wahyu(Agama) yang abstrak yang bersifat Informatif terhadap kita sebagai penganut Agama Islam sebagai Nilai dalam berkehidupan dengan tindakan yang Ilmiah. Menemukan yang ilmiah(empiris) dengan kecenderungan alamiah(Organik). Dan menghubungkan ketiga eksistensi tersebut, yaitu kecenderungan alamiah, tindakan Ilmiah dan Wahyu Ilahi yang abstrak melalui akal pikiran yang abstrak (immaterial).
Secara sederhana disanalah kita ter-ilhami bahwa Agama yang dibawa oleh Sayidina Al Mustofa Muhammad rasulullah saw,Khatamun Nabiyyin adalah untuk menjadi system atau aturan yang ditangkap oleh akal pikiran umat manusia dalam mengaktualkan seluruh potensi kecenderungan alamiah diri umat manusia menjadi sebuah tindakan ilmiah yang diyakini di dalam hati yang terdalam sehingga meraih kesempurnaan Insaniah atau kesempurnaan manusia tanpa merusak kemanusiaan orang lain
Wallahu alam bissawab