Oleh : Abubakar sidik
mantan Sekjend Mahasiswa Pemekaran Aceh Louser Antara SUMUT
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah
Allahumma shalli ala Muhammad wa ala Ali Muhammad
Sebagaimana ungkapan wali Nanggroe Aceh di Aceh Tengah Minggu 28 Maret 2021 yang mengatakan bahwa pemekaran provinsi ALA adalah tindakan BODOH dan tidak memiliki pengetahuan tentang sejarah dan hanya bertujuan “berujar, orang-orang yang ingin memekarkan Aceh merupakan tindakan memecah belah. “
Menurut saya pribadi statement ini Tidak memiliki Dasar teoritis. seorang wali Nanggroe mengatakan para aktivis maupun tokoh bagian dari masyarakat Gayo louser antara yang menghendaki adanya pemekaran Provinsi dengan kesimpulan bahwa BODOH dan tidak memiliki pengetahuan atas Sejarah, sehingga statement yang memiliki muatan nilai BODOH dan tidak memiliki pengetahuan tentang Sejarah Gayo adalah kesimpulan yang sembrono dan tidak memiliki dasar. Darimana Sumber konsep Tuan Malik Mahmoud sebagai seorang Wali Nanggroe Aceh memiliki kesimpulan seperti itu bahwa para aktivis dan para tokoh intelektual penggagas pemekaran Provinsi ALA menghendaki kemandirian ekonomi maupun politik dengan jalan pemekaran adalah tindakan pemecah belah masyarakat? Di dalam Sejarah perjuangan Kemerdekaan apakah Masyarakat gayo berjuang melawan Belanda dengan orang lain atau dengan dirinya sendiri yaitu oleh masyarakat gayo sendiri?
Bagaimana mungkin masyarakat ALA menghendaki Pemekaran menjadi provinsi tanpa adanya pengetahuan dasar supaya mandiri? Kajian demi kajian telah dilakukan oleh peneliti dan sudah dipresentasikan dan dibukukan. Apakah dasar teoritis tersebut belum dapat menjadi dalil kuat bahwa masyarakat Gayo louser antara memiliki Sejarah yang otentik di dalam negeri dan di dalam darahnya sendiri? Sehingga menginginkan untuk menjadi provinsi baru untuk menata hidupnya sendiri dalam percaturan ekonomi,politik maupun dalam mempertahankan Budaya.
Apa salahnya masyarakat Gayo Louser antara memekarkan dirinya menjadi provinsi baru sehingga bisa lebih konkrit dalam menata ekonomi dan stabilitas politiknya sendiri. Apa buruknya jika masyarakat Gayo louser antara dengan kesadaran mandiri secara utuh dan kolektif di dalam diri masyarakat sendiri menyadari bahwa masyarakat Gayo louser antara mampu bersaing dan mampu berdiri diatas kakinya sendiri dan melakukan upaya kreatif dan inovatif dalam menata kehormatan dan martabat dirinya sendiri tanpa harus melalui suatu dialektika yang rumit dab perdebatan yang tidak subtansial sehingga memberikan implikasi terisolir begitu lama dinegerinya sendiri yaitu Aceh.
terisolasi bertahun-tahun diakibatkan oleh infrastruktur jalan yang tidak layak menimbulkan pertumbuhan ekonomi masyarakat Gayo yang buruk dan tidak mampu bersaing dengan daerah lainnya di negeri Nusantara ini.
Pariwasata yang sudah dikenal dunia internasional sejak zaman dahulu kala juga tidak memiliki NILAI yang positif dalam menambah PAD Karena para turis atau wisatawan enggan datang diakibatkan jarak yang sangat jauh dan jalan yang tidak layak atau rusak. Lahan yang begitu luas terbentang hanya menjadi lahan tidur tanpa pengelolaan yang baik dan hasil bumi yang bernilai rendah dikarenakan infrastruktur jalan yang rusak dan tidak layak,lahan yang membentang seharusnya bisa untuk lahan budidaya ternak sapi,kambing,kerbau tetapi harga ternak Sangat rendah modal biaya transportasi sangat tinggi sehingga margin keuntungan kecil.
Dan dari fakta sejarah inilah para aktivis dan tokoh belajar dan memiliki inspirasi,bahwa Masyarakat di Aceh bagian tengah harus menata hidupnya sendiri tanpa ada lagi kekangan maupun intervensi dari orang lain dan hal itu memang sudah selayaknya tidak lagi berlaku yaitu sikap arogansi,otoriter dan rasis. Sudah saatnya Secara kolektif masyarakat Gayo louser Antara memeras akal budinya untuk menata kehidupannya sendiri tanpa didikte oleh orang lain. Itulah dasar konsep sehingga menghendaki untuk mandiri dengan cara pemekaran provinsi baru sehingga beban provinsi aceh juga bisa menjadi lebih ringan tanpa harus memikirkan nasib kesejahteraan Ekonomi dan pendidikan masyarakat di Aceh bagian Tengah tepatnya di kaki Gunung Louser.
Berdiri di kaki sendiri bukan berarti keinginan untuk realisasi Eksisnya provinsi ALA mengisyaratkan tidak butuhnya orang lain dalam pergaulan maupun kerjasama. Tidak lain kemandirian ini tidak lain adalah keinginan untuk tidak didikte dan tidak dikatakan BODOH seakan para aktivis maupun tokoh intelektual penggagas provinsi ALA tidak belajar dan tidak merenung, ini sikap Arogan.
Saya Abu bakar sidik mantan sekjend Mahasiswa pemekaran Aceh louser Antara SUMUT tidak menerima dan menolak ungkapan wali Nanggroe bahwa para aktivis pemekaran provinsi ALA anak Negeri Louser Antara yang menghendaki Pemekaran provinsi ALA dengan ungkapan BODOH dan tidak tahu sejarah dan hanya untuk Memecah persatuan dan kesatuan.
KARENA Pengetahuan terhadap SEJARAH dan disebabkan oleh KESADARAN kolektif terhadap nasib masyarakat dibagian tengah Aceh sehingga tergerak untuk menyuarakan Pemekaran provinsi ALA.
Alhamdulillah
Allahumma shalli ala Muhammad wa ala Ali Muhammad
Sebagaimana ungkapan wali Nanggroe Aceh di Aceh Tengah Minggu 28 Maret 2021 yang mengatakan bahwa pemekaran provinsi ALA adalah tindakan BODOH dan tidak memiliki pengetahuan tentang sejarah dan hanya bertujuan “berujar, orang-orang yang ingin memekarkan Aceh merupakan tindakan memecah belah. “
Menurut saya pribadi statement ini Tidak memiliki Dasar teoritis. seorang wali Nanggroe mengatakan para aktivis maupun tokoh bagian dari masyarakat Gayo louser antara yang menghendaki adanya pemekaran Provinsi dengan kesimpulan bahwa BODOH dan tidak memiliki pengetahuan atas Sejarah, sehingga statement yang memiliki muatan nilai BODOH dan tidak memiliki pengetahuan tentang Sejarah Gayo adalah kesimpulan yang sembrono dan tidak memiliki dasar. Darimana Sumber konsep Tuan Malik Mahmoud sebagai seorang Wali Nanggroe Aceh memiliki kesimpulan seperti itu bahwa para aktivis dan para tokoh intelektual penggagas pemekaran Provinsi ALA menghendaki kemandirian ekonomi maupun politik dengan jalan pemekaran adalah tindakan pemecah belah masyarakat? Di dalam Sejarah perjuangan Kemerdekaan apakah Masyarakat gayo berjuang melawan Belanda dengan orang lain atau dengan dirinya sendiri yaitu oleh masyarakat gayo sendiri?
Bagaimana mungkin masyarakat ALA menghendaki Pemekaran menjadi provinsi tanpa adanya pengetahuan dasar supaya mandiri? Kajian demi kajian telah dilakukan oleh peneliti dan sudah dipresentasikan dan dibukukan. Apakah dasar teoritis tersebut belum dapat menjadi dalil kuat bahwa masyarakat Gayo louser antara memiliki Sejarah yang otentik di dalam negeri dan di dalam darahnya sendiri? Sehingga menginginkan untuk menjadi provinsi baru untuk menata hidupnya sendiri dalam percaturan ekonomi,politik maupun dalam mempertahankan Budaya.
Apa salahnya masyarakat Gayo Louser antara memekarkan dirinya menjadi provinsi baru sehingga bisa lebih konkrit dalam menata ekonomi dan stabilitas politiknya sendiri. Apa buruknya jika masyarakat Gayo louser antara dengan kesadaran mandiri secara utuh dan kolektif di dalam diri masyarakat sendiri menyadari bahwa masyarakat Gayo louser antara mampu bersaing dan mampu berdiri diatas kakinya sendiri dan melakukan upaya kreatif dan inovatif dalam menata kehormatan dan martabat dirinya sendiri tanpa harus melalui suatu dialektika yang rumit dab perdebatan yang tidak subtansial sehingga memberikan implikasi terisolir begitu lama dinegerinya sendiri yaitu Aceh.
terisolasi bertahun-tahun diakibatkan oleh infrastruktur jalan yang tidak layak menimbulkan pertumbuhan ekonomi masyarakat Gayo yang buruk dan tidak mampu bersaing dengan daerah lainnya di negeri Nusantara ini.
Pariwasata yang sudah dikenal dunia internasional sejak zaman dahulu kala juga tidak memiliki NILAI yang positif dalam menambah PAD Karena para turis atau wisatawan enggan datang diakibatkan jarak yang sangat jauh dan jalan yang tidak layak atau rusak. Lahan yang begitu luas terbentang hanya menjadi lahan tidur tanpa pengelolaan yang baik dan hasil bumi yang bernilai rendah dikarenakan infrastruktur jalan yang rusak dan tidak layak,lahan yang membentang seharusnya bisa untuk lahan budidaya ternak sapi,kambing,kerbau tetapi harga ternak Sangat rendah modal biaya transportasi sangat tinggi sehingga margin keuntungan kecil.
Dan dari fakta sejarah inilah para aktivis dan tokoh belajar dan memiliki inspirasi,bahwa Masyarakat di Aceh bagian tengah harus menata hidupnya sendiri tanpa ada lagi kekangan maupun intervensi dari orang lain dan hal itu memang sudah selayaknya tidak lagi berlaku yaitu sikap arogansi,otoriter dan rasis. Sudah saatnya Secara kolektif masyarakat Gayo louser Antara memeras akal budinya untuk menata kehidupannya sendiri tanpa didikte oleh orang lain. Itulah dasar konsep sehingga menghendaki untuk mandiri dengan cara pemekaran provinsi baru sehingga beban provinsi aceh juga bisa menjadi lebih ringan tanpa harus memikirkan nasib kesejahteraan Ekonomi dan pendidikan masyarakat di Aceh bagian Tengah tepatnya di kaki Gunung Louser.
Berdiri di kaki sendiri bukan berarti keinginan untuk realisasi Eksisnya provinsi ALA mengisyaratkan tidak butuhnya orang lain dalam pergaulan maupun kerjasama. Tidak lain kemandirian ini tidak lain adalah keinginan untuk tidak didikte dan tidak dikatakan BODOH seakan para aktivis maupun tokoh intelektual penggagas provinsi ALA tidak belajar dan tidak merenung, ini sikap Arogan.
Saya Abu bakar sidik mantan sekjend Mahasiswa pemekaran Aceh louser Antara SUMUT tidak menerima dan menolak ungkapan wali Nanggroe bahwa para aktivis pemekaran provinsi ALA anak Negeri Louser Antara yang menghendaki Pemekaran provinsi ALA dengan ungkapan BODOH dan tidak tahu sejarah dan hanya untuk Memecah persatuan dan kesatuan.
KARENA Pengetahuan terhadap SEJARAH dan disebabkan oleh KESADARAN kolektif terhadap nasib masyarakat dibagian tengah Aceh sehingga tergerak untuk menyuarakan Pemekaran provinsi ALA.