Notification

×

iklan dekstop

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ketua FPLBA: Mendikbud Harus Partisipatif Mengurus Pendidikan Bangsa

Jumat, 12 Maret 2021 | Maret 12, 2021 WIB Last Updated 2021-03-12T03:05:51Z



BerawangNews.com, Banda Aceh- Ketua umum Forum Pemuda Lintas Beragama-Aceh (FPLBA), Zulfata memberi saran kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim agar bersikap partisipatif dalam merumuskan peta jalan pendidikan bangsa. Melalui polemik yang sedang berkembang di ruang publik terkait tidak adanya posisi agama dalam visi pendidikan nasional menandakan Mendikbud kurang partisipatif dalam arah kebijakan.

“sublimasi agama dan pendidikan di negeri selama ini telah terbukti menghantarkan Indonesia meraih kemerdekaan, untuk itu Mendikbud Nadiem Makarim jangan terlalu over merumuskan kebijakan visi pendidikan nasional tanpa kerangka agama, sebab agama tidak dapat diwakili dengan frasa kebudayaan di dalamnya” Ujar Zulfata. Saat dijumpai tim media BerawangNews.com, Jum'at,(12/03/2021)

Zulfata melanjutkan bahwa Nadiem Makarim harus mampu membuka telinga dan mata hatinya melihat kondisi betapa buruknya kesadaran moral bagi kaum terdidik di negeri ini. Oleh karena itu, tetap menjadikan agama sebagai fondasi kekuatan moral dalam visi pendidikan nasional adalah keniscayaan.

Selanjutnya Zulfata terus menghimbau semua pihak di lintas beragama se-Indonesia untuk sama-sama mengawal kebijakan pemerintah, bukan saja di sektor pendidikan.

Namun soal polemik visi pendidikan nasional hari ini patut kita kritisi dengan memberikan saran konstruktif. Sehingga Mendikbud Nadiem Makarim tidak oleng menahkodai pendidikan bangsa hari ini.

Satu sisi patut kita dukung keberanian Mendikbut dalam menata pendidikan bangsa untuk berdaya visioner. Di balik dukungan itu pula sudah menjadi sikap yang demokratis ketika publik juga berhak memberi pandangan terkait upaya rekonstruksi pendidikan yang dilakukan Mendikbud Nadiem Makarim.

“Dalam memperbaiki sistem pendidikan yang modern dan berdaya saing tinggi, mengejar kecanggihan teknologi saja tidak cukup, ia membutuhkan kekuatan moral yang dihidupkan melalui penerapan religi yang substantif. Dan upaya rekonstruksi pendidikan akan keropos jika model kebijakan pendidikan nasional asyik bermain label dan frasa namun tak ada aksi nyata” Tutup Zulfata.

(JB)