BerawangNews.com, Surabaya- Akmal Fahmi adalah putra kelahiran Aceh, kini menjadi sosok yang kesekian kalinya mencalonkan diri untuk bertarung merebut posisi ketua umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB-HMI).
Semangat Akmal Fahmi dan para pendukungnya se-Indonesia secara tidak langsung mengingatkan kembali bahwa di panggung politik keteladanan generasi muda HMI Aceh di kancah nasional sepuluh tahun terakhir sering mengalami kandas, salah satu faktanya ketika kongres HMI di Riau.
Putra Aceh kelahiran Bireuen 7 Juni 1991 ini kembali membangun harapan baru sekaligus membangun citra Aceh bahwa Aceh juga ingin tampil dalam kontestasi politik kepemudaan di internal PB HMI. Apa yang sedang ditempuh oleh Akmal Fahmi ini patut diapresiasi oleh seluruh masyarakat Aceh, terutama kader HMI se-Aceh. Di tengah kemerosotan integritas para politisi atau kepemimpinan di Aceh sudah selayakna kader HMI Se-Aceh menampakkan diri untuk membangun konsolidasi politik HMI dalam membangun integritas dan marwah putra Aceh di mata Indonesia. Sebab hanya di tangan anak muda (kader HMI Aceh) Aceh dapat diperbaiki. Terlebih dalam kurun waktu dua puluh tahun terakhir ini lintas cabang HMI se-Aceh selalu pecah, tak menyatu, hingga pada akhirnya menjadi guyonan cabang recehan di mata kader HMI se-nasional.
Mendukung dan mengapresiasi langkah Akmal Fahmi dalam konteks ini bukanlah berangkat dari hasrat politik pragmatis membabi buta, namun Akmal Fahmi dengan visinya yang visioner dengan dibuktikan pengalamannya yang juga tak meragukan para aktivis HMI se-tanah air. Di strukural HMI, Akmal Fahmi pernah menjabat sebagai ketua umum HMI Cabang Bekasi, dan tidak begitu lama ia juga aktif mengayomi kader HMI se-tanah air melalui amanah yang diberikan kepadanya saat menjabat sebagai ketua bidang PTKP BP HMI. Dari sisi kemampuan inteleknya juga diketahui bahwa Akmal Fahmi saat ini sedang menempuh studi magister (S-2) di Universitas Paramadina. Atas dasar inilah sungguh untuk memenangkan Akmal Fahmi di kongres HMI ke-XXXI di Surabaya patut dipertimbangkan oleh semua pihak di Aceh.
Telah menjadi sejarah di Indonesia, generasi Aceh memiliki jiwa militansi yang tinggi, selain mampu mengayomi semua pihak, generasi Aceh yang pernah membangun bangsa Indonesia dengan kearifan lokalnya justru memicu militansi daerah lainnya se-Indonesia. Misalmya, adanya semangat generasi Papua untuk banyak belajar pada cara konsolidasi generasi Aceh yang terdahulu.
Kini, Akmal Fahmi telah membuka celah itu, ia secara tidak langsung menciptakan cerminan bagaimana integritas kader HMI se-Aceh hari ini. Strategi harmonis HMI yang terus dimainkan oleh Akmal Fahmi bersama rekan-rekan mesti disambut baik dan mesti semua kader HMI se-Aceh harus terlibat aktif untuk memenangkan Akmal Fahmi sebagai wujud untuk mengulang kejayaan HMI Aceh untuk kemajuan bangsa. Sebab posisi Aceh tidak diragukan lagi untuk memimpin atau memperbaiki situasi kebangsaan dan keindonesiaan hari ini.
Betul memang, badai terkuat yang sedang dihadapi kader HMI hari ini adalah tradisi oligark yang dimainkan para kanda-kandanya, namun disela itu sudah semestinya kader HMI berjuang secara harmonis, mengedepankan diplomasi integritas tanpa memberi peluang olah-olah dinda di setiap pesta kongres HMI.
Konkretnya, kader HMI se-Aceh hari ini mesti membuka mata bahwa untuk merubah citra Aceh yang lebih baik dari HMI ada di tangan mereka. Artinya, kini HMI Aceh sedang berada di persimpangan yang terjal lagi suram di mata kader HMI se-tanah air. Oleh karena itu, komitmen Akmal Fahmi untuk meraih posisi ketua umum PB HMI patut dijadikan kenderaan bagi kader HMI se-Aceh bahwa putra Aceh benar-benar layak memimpin PB HMI sebagai hasil Kongres ke-XXXI Surabaya. Wait and see.
(Tim BerawangNews)