بِسْــــــــــــــــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Rambu-rambu shirotulmustaqim adalah dasar landasan dalam meniti shirotulmustaqim. Siapa yang berpegang teguh dengan rambu-rambu shirotulmustaqim, maka ia akan selamat dari jebakan setan yang mengajak masuk ke jalan alternatif yang sesat dan menyesatkan. *Rambu-rambu utama shirotulmustaqim* adalah: tauhidulloh (mengesakan Allah), ittiba’ (Mengikuti Nabi), sumber hukum dan pemahaman yang benar serta metodenya.
*Tauhid adalah mengesakan Allah* dalam rububiyah-Nya, yaitu dalam perbuatan-perbuatan ketuhanan-Nya, dan dengan mengesakan serta memuliakan nama-nama dan sifat-sifat-Nya juga mengesakan Allah pada hak-hak-Nya sebagai Ilah (Tuhan) untuk seluruh alam.
Seluruh ritual peribadatan dalam Islam adalah realisasi dari tauhid itu sendiri, dan tujuannyapun harus tauhid, Jika tidak demikian, maka sia-sialah seluruh peribadatan tersebut.
*Ittiba’ berarti pengikutan*. Ittiba’ yang dimaksud adalah pengikutan kepada Rasulullah dalam memahami Islam dan menerapkannya. Karena Rasulullah sendiri hanya komitmen terhadap pengikutan kepada wahyu Ilahi, maka pada hakikatnya ittiba’ adalah mengikuti wahyu dari Allah.
Tidak akan mungkin kita dapat menjaga kemurnian Islam kecuali dengan konsisten kepada ittiba’. Meninggalkan ittiba' secara keseluruhan, berarti keluar dari Islam. Sedangkan meninggalkan sebagian dasar ittiba’, berarti masuk ke dalam lingkaran bid’ah, bahkan bisa mengeluarkan seseorang dari Islam. Pemahaman dan pelaksanaan tauhid harus dikawal dengan ittiba’. Jika tidak, pasti melahirkan pemahaman dan pelaksanaan yang salah.
Satu-satunya sumber yang mutlak benar dalam Islam adalah wahyu Allah yang berbentuk al-Qur’an dan al-Hadits, yang disandarkan pemahamannya kepada Alloh dan Rasul-Nya.
Al-Qur’an dan Al-Hadits keduanya adalah wahyu dari Allah, Al-Qur’an wahyu dari Alloh baik arti maupun huruf-hurufnya, sedangkan Al- Hadis arti dan maknanya adalah wahyu dari Allah yang disampaikan kepada kita dengan lafadz Rasulullah dan penerapannya.
Pengikutan pada keduanya adalah pengikutan pada khabar dari Allah dan tuntunan-Nya. Tidak ada suatu pun yang boleh menandingi keduanya, tiada pertentangan di antara keduanya. Kalau seolah adanya pertentangan, maka hal itu disebabkan oleh kesalah pahaman yang bisa jadi disebabkan oleh banyak hal dan yang terutama adalah kebodohan atau hadis yang tidak shahih.
Ahlus Sunnah berpegang teguh kepada pemahaman dan metode pemahaman para sahabat, karena mereka adalah umat yang telah mendapat serfitikat kebenaran dari Allah melalui banyak ayat al-Qur’an.
Sumber : Lembaga Studi Islam (eLSI)