Oleh : Rizki Saradi
Inilah luka dari kata tak bersuara
Merongrong masuk melalui celah-celah kursi singgasana
Menggema menghancurkan gendang telinga
Mengoyak denyut jantung penguasa
Inilah kata penuh luka
Yang kalian sayat dengan dahsyat
Penuh darah dalam luka bernanah
Kamilah alat dari para anjing keparat
Memaksa kami terbaring menjadi mayat
Inilah kata dengan tinta air mata
Bersama hitamnya janji penguasa
Digoreskan ranting-ranting kopi
Pada lembar-lembar hutang petani
Inilah asal muasal sumur air mata
Yang hanya sebatas penghilang dahaga
Penguasa
Eh, pengusaha
Terserah, mereka sama saja
Memaksa petani mati di sumur yang di gali sendiri.
Inilah kata yang akan mengoyak jantungmu
Inilah jeritan yang akan merongrong telinga dan merobek nadiku
Inilah air mata yang akan kau teguk bersama kopi soremu.
Inilah luka nanah yang akan menjadi kuah di sarapan pagimu.
Kau takkan bisa lari
Inilah puisi kutukan
Kau akan berakhir seperti isi puisi ini
Inilah luka dari kata tak bersuara
Merongrong masuk melalui celah-celah kursi singgasana
Menggema menghancurkan gendang telinga
Mengoyak denyut jantung penguasa
Inilah kata penuh luka
Yang kalian sayat dengan dahsyat
Penuh darah dalam luka bernanah
Kamilah alat dari para anjing keparat
Memaksa kami terbaring menjadi mayat
Inilah kata dengan tinta air mata
Bersama hitamnya janji penguasa
Digoreskan ranting-ranting kopi
Pada lembar-lembar hutang petani
Inilah asal muasal sumur air mata
Yang hanya sebatas penghilang dahaga
Penguasa
Eh, pengusaha
Terserah, mereka sama saja
Memaksa petani mati di sumur yang di gali sendiri.
Inilah kata yang akan mengoyak jantungmu
Inilah jeritan yang akan merongrong telinga dan merobek nadiku
Inilah air mata yang akan kau teguk bersama kopi soremu.
Inilah luka nanah yang akan menjadi kuah di sarapan pagimu.
Kau takkan bisa lari
Inilah puisi kutukan
Kau akan berakhir seperti isi puisi ini
SENGSARA