Oleh : Cut Ani Darniati
Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry dan Siswa Sekolah Kita Menulis
Beberapa hari yang lalu, seperti yang diberitakan ada sekelompok orang yang menamakan diri dari salah satu aliansi mahasiswa Aceh menolak kedatangan Habib Riziq Shihab (HRS) dan Dakwah Imam Besar itu.
Aceh dihebohkan dengan berita yang viral di media sosial yang menyatakan bahwa ada mahasiswa yang menggelar demo di Simpang Lima dengan membawa slogan ataupun spanduk yang bertuliskan “PEMERINTAH ACEH FOKUS PADA PENANGANAN COVID-19, JANGAN BIARKAN DIRUSAK OLEH KEDATANGAN RIZIQ SHIHAB KE ACEH”. Pasalnya mereka yang katanya mahasiswa menuntut menolak kedatangan Habib Riziq Shihab ke Aceh.
Tapi anehnya atribut yang mereka gunakan sangat-sangatlah tidak relevan, hanya ada bendera merah putih dan jas almameter berwarna (merah, kuning, hijau dan biru) dengan tidak adanya identitas yang jelas dari mereka (yang katanya mahasiswa) baik itu logo kampus yang tertera pada jas almameter yang mereka pakai ataupun bendera organisasi mahasiswa (ormawa) dan atribut lainnya yang menandakan identitas bahwa mereka adalah mahasiswa. Dan juga tidak mematuhi Protokol Kesehatan (ProKes) seperti menjaga jarak.
Ada beberapa yang mengganjal dalam pikiran saya, itu mahasiswa darimana? Sedangkan seperti yang kita ketahui bersama tidak ada kampus di Aceh yang mempunyai jas almamater warna merah, dan setelah dikonfirmasi oleh Presiden Mahasiswa (PresMa) UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang mengatakan bahwa “tidak ada satupun dari kalangan mahasiswa dalam aksi demo tersebut”.
Seperti yang sudah tersebar, banyak hal yang harus di ungkap satu persatu, jangan sampai mahasiswa jadi korban atas ketidakadilan para oknum penguasa tertentu yang menjadikan mahasiswa “kambing hitam” dan dalang dari semua yang terjadi. Sering kali terjadi mahasiswa di fitnah untuk hal yang tidak dilakukannya, sungguh semua yang terjadi bukan hanya mahasiswa saja yang rugi tapi masyarakat (yang katanya mahasiswa) yang terlibat dalam aksi demo tersebut pun ikut merugi.
Pasalnya terlihat dalam demo tersebut bukan hanya di ikuti oleh kaum pemuda-pemudi (yang katanya mahasiswa), akan tetapi juga di ikuti oleh pihak dari kaum emak-emak dan juga bapak-bapak serta anak-anak. Patut dipertanyakan kaum emak-emak, bapak-bapak, dan anak-anak memakai jas almamater itu semester berapa? Sungguh tidak masuk akal, apakah itu namanya mahasiswa? Mahasiswa luar biasa kalau begitu namanya.
Bahkan terlihat seorang nenek yang juga ikut serta dalam aksi demo itu, yang menjadi perhatian bukan hanya tuntutannya saja tapi orang yang ikut serta dalam aksi demo tersebut juga sangat-sangat mencurigakan. Luar biasa sekali, mahasiswa dari berbagai kalangan dan berbagai usia dari yang muda sampai yang lanjut usia (lansia).
Ada beberapa konspirasi dibalik aksi demo itu. Mahasiswa dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan dan kepuasan mereka (para oknum penguasa) tertentu semata. Apa yang terjadi sangatlah tidak etis, ada permainan kotor dibalik aksi demo tersebut.
Dan tentunya yang diuntungkan disini adalah para oknum penguasa tertentu yang tercapai tujuannya, maka berhati-hatilah wahai penguasa yang memanfaatkan dan menipu rakyatnya demi kepentingan diri sendiri semata. Seperti Firman Allah swt. dalam Al-Qur’an
Ancaman bagi seorang termasuk pemimpin yang berbuat dhalim
Innamas-sabiilu ‘allaziina yazhlimunan-naasa wa yabghuna fil-ardhi bighoiril-haqq, ulaa ‘ikaa lahum ‘azaabun aliim
“Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang berbuat dzhalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran hak. Mereka itu mendapat ‘adzab yang sangat pedih” [QS. Asy-Syuuraa : 42]
Kaanu laa yataanahauna ‘am mungkarim fa’aluuh, labi’sa maa kaanu yaf’aluun
“Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu” [QS. Al-Maaidah : 79].
Juga dalam sebuah hadis menyatakan bahwa
Dan dari “Ma’qil Ibnu Yasar radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Seorang hamba yang diserahi Allah untuk memimpin rakyat lalu ia mati pada hari kematiannya ketika ia menipu rakyatnya Allah pasti akan mengharamkannya masuk surga.’”
Pelajaran yang terdapat di dalam ayat dan hadits di atas sudah cukup sebagai muhasabah dan peringatan keras bagi para penguasa yang suka menzhalimi, menyusahkan dan menipu rakyat. Pemimpin jangan sampai berlaku curang dan menipu rakyat, karena akibatnya sangat berat. Bahkan dalam hadits disebutkan Allah mengharamkan para penguasa yang menipu rakyatnya untuk masuk surga. Na’udzubillah min dzalik. Semoga hadits ini bisa menjadi peringatan bagi para penguasa khususnya dan seluruh umat Islam pada umumnya.
Perlu kami tegaskan bahwa kami mahasiswa tidak akan pernah menerima di fitnah seperti ini, karna kami akan selalu menjadi garda terdepan dalam membela keadilan. Karena kami akan mengamalkan sumpah yang sudah kami pegang dan itu akan kami jadikan sebagai pedoman. “Jika ada seribu orang yang membela kebenaran, aku berada diantaranya. Jika ada seratus orang membela kebenaran, aku berada diantaranya. Jika ada sepuluh orang pembela kebenaran, aku akan tetap berada dibarisan itu. Dan jika hanya ada satu orang yang tetap membela kebenaran, maka akulah orangnya.”
Saya sebagai penulis berharap kepada penegak hukum agar tidak mengizinkan siapapun itu demonstran kedepannya untuk menggelar aksi unjuk rasa jika tidak jelas asal-usul identitas dari kampus mana dia berasal. Agar tidak lagi terjadi kejadian seperti serupa, jangan sampai ada yang mengatasnamakan mahasiswa jika identitas saja tidak ada ataupun tidak jelas.
Karena mahasiswa selalu jadi target utama para oknum penguasa tertentu untuk dijadikan alat demi tercapainya tujuan mereka. Jika tujuan mereka tercapai justru yang dirugikan disini adalah mahasiswa yang difitnah, dan kami mahasiswa tidak akan tinggal diam dan menerima begitu saja.
Karena sejatinya mahasiswa ialah bukan orang pengecut, mahasiswa bukan orang yang penakut dan menyembunyikan identitas kampusnya. Akan tetapi mahasiswa ialah orang yang bangga dengan identitas kampusnya. Yang pengecut ialah para oknum penguasa tertentu yang mengatasnamakan mahasiswa dan menjadikan mahasiswa sebagai alat demi mencapai tujuan dan kepuasannya semata.