Oleh : Sartika Rahayu
Siswi Sekolah Kita Menulis Melaporkan dari Semeulue
Melihat berbagai gejala permasalahan di akhir-akhir pekan saat ini di Semeulue membuat saya tersentil ingin membahas soal kekerasan yang cenderung terjadi di Kabupaten Simeulue. Argumentasi seperti ini muncul karena saya tak tahan lagi melihat banyak sekali fenomena- fenomena yang tidak diinginkan terjadi di kampung halaman saya yang alamnya sungguh menggoda namun masih menyimpan berbagai persoalan kekerasan yang akan saya reportasekan dalam tulisan ini.
Berdasarkan pengamatan saya seebagai warga Semeulue, dorongan bagi pelaku kekerasan, baik itu dalam bentuk kekerasan seksual maupun dalam bentuk kekerasan lainnya, mereka yang melakukan kekerasan tersebut bagi saya mereka adalah manusia yang kurangnya pemahaman terkait arti kehidupan yang sebenarnya. Sungguh disayangkan kasus-kasus kekerasan di kabupaten Simeulue tidak dilakukannya upaya pencegahan dini oleh semua pihak.
Selain berbagai macam cerita dan informasi dari masyarakat Semeule dan kerabat, saya pribadi pun bertanya-tanya dalam benak bahwa hal apa sebenarnya yang membuat konflik akhir-akhir ini sering terjadi di kabupaten ini. Sehingga konflik pelecehan dan pembunuhan yang terjadi membuat citra pulau ini menjadi buruk. Seperti pada kasus seorang sopir ambulance yang waktu lalu memukul dokter Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di desa Lamerem yang saya ketahui dari dari akun instagram Berita_Simeulue_Offisial, yang mana pada kasus tersebut belum jelas apa sebab atau motif dari kejadian itu. Selain itu, di wilayah saya ini juga terjadinya pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur yang beralamat di desa air dingin Kecamatan Simeulue Timur yang terjadi sekitar tiga minggu yang lalu, namun tersangka dapat melarikan diri. Kelanjutan kasus ini saya pun tidak terlalu mengikutinya. Intinya, saya sungguh prihatin dengan situasi Semeulu yang seperti ini.
Begitu juga dengan kasus pemerkosaan terhadap siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan kasus selanjutnya yang juga menghebohkan masyarakat Simeulue bahwa adanya pasangan suami istri tewas dengan miris yang sampai sekarang belum diketahui motif permasalahannya. Kondisi kematian suami tersebut sepengatahuan saya istri terbunuh di dalam sumur, dan suami yang tewas akibat meminum racun di sawah, tepatnya di pada desa Nasreuhe, Kecamatan Salang Kabupaten Simeulue pada jum’at malam sekitar pukul 19.00 WIB.
Selanjutnya pada kasus korban pencabulan di bawah umur, ada juga yang nekat melakukan bunuh diri. Hal ini terjadi pada beberapa desa di kabupaten Simeulue, bahkan ada yang nekat menyayat leher sendiri usai menikam mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Simeulue yang terjadi pada tahun lalu, dan dan masih banyak rentetan kasus lainnya yang tidak mungkin saya uraikan satu persatu dalam reportase ini. Sumber berita kasus tersebut boleh pembaca telusuri dalam akun Instagram Berita Simeulue Official.
Dari berbagai kasus di atas, saya menilai sebab terjadinya dampak negatif seperti terjadi karena keterbatasannya ekonomi dalam kehidupan keluarga. Besarnya beban yang dipikul keluarga terkadang akibat lanjutan dari tidak adanya keadilan dalam suatu wilayah atau kabupaten, juga berkaitan dengan bekum adanya sikap saling menghormati adat istiadat dalan suatu daerah dan lain sebagainya. Yang biasanya saya hanya mendengar berita kriminal dari layar televisi (TV) yang terjadi di kota-kota besar lainnya di Indonesia, namun kini saya justru menyaksikan sendiri kriminal-kriminal miris tersebut di kabupaten Simeulue. Astaghfirullah !
Saya berharap kasus ini jangan sempat larut dan didiamkan seakan lepas tangan semua pihak di Semueulue, tetapi sebaiknya harus ada pihak yang melakukan sebuah tindakan agar potret kriminal di Semuelue tidak menjadi-jadi. Terlebih sekarang saat di masa pandemi covid 19 tentu banyak sekali masyarakat yang mengurung diri di rumah tidak bisa melakukan pekerjaan seperti biasa dikarenakan aturan pemerintah sehingga penghasilan pun terputus.
Nah, hal ini yang saya takuti bahwa apabila seseorang mengalami kebuntuan dalam berpikir maka ia akan melakukan hal yang tidak diinginkan apabila pikirannya tidak terkontrol. Sehingga dengan sikap yang tak terkontrol akan memicu hasrat bunuh diri dengan berbagai macam cara. Sudah seharusnya pemerintah memperkecil angka kematian yang disebabkan karena pelecehan seksual atau pelecehan lainnya. Beda halnya dengan kematian yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT seperti disebabkan karena sebuah penyakit atau dikarenakan faktor lansia.
Harapan saya dan masyarakat di kabupaten tercinta ini, pemerintah agar mampu memberikan jalan keluar atas permasalahan serius ini. Permasalahan ini jangan dianggap sepele karena hal ini akan membuat kerugian bagi masyarakat, terlebih harus menyaksikan kematian miris yang sangat tidak etis, dan tentunya akan membuat duka yang sangat mendalam bagi keluarga yang ditinggal korban.
Di sisi lain menurut saya permasalahan kekerasan dan kematian miris ini tidak hanya di tumpu kan penuh pada pemerintah, akan tetapi masyarakat juga mengambil bagian untuk berperan dalam proses pencegahan kasus kekerasan. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan sosialisasi-sosialisasi pencegahan berbagai perilaku kekerasan, saling mengingatkan satu sama lain, rajin mengikuti kajian-kajian keagamaan yang diselenggarakan di sekitar kediaman, dan memperbanyak kegiatan yang bermanfaat lainnya.
Mengapa saya angkat bicara soal ini, karena salah satu teman saya pun pernah bercerita hampir dirampok dan disekap di daerah trans Kecamatan Teupah Selatan saat ia hendak pulang ke rumah dari arah kota Sinabang. Saat itu teman saya yang bernama Rahmaya mengendarai kereta bersama temannya ke arah trans menjelang magrib dan dipertengahan jalan mereka dirampok dan hampir dibunuh, untung saja mereka berhasil kabur dan langsung meng-gas kereta, kemudian meninggalkan tempat kejadian.
Saya pun juga pernah mengalami saat dikejar oleh perampok yang bertopeng hitam saat saya dan teman-teman hendak bermain ke wisata pertamina kota Sinabang. Meskipun kejadian saya ini sudah sangat lama akan tetapi saya juga merasakan ketakutan saat itu bahkan mendorong saya tetap waspada dalam situasi masa kini. Cerita inipun saya jadikan sebagai pelajaran bahwa pulau sekecil kabupaten Simeulue pun masih ada orang yang nekat melakukan hal buruk itu, ini yang harus dibasmi oleh aparat kepolisian karena keselamatan masyarakat adalah paling utama.
Semoga dengan reportase saya ini membuat pemerintah Semeulue semakin peduli terhadap pencegahan ini, tidak hanya pemerintah di kabupaten Semeulue sebenarnya, tetapi juga bagi pemerintah kota atau kabupaten lainnya. Saya berharap kepada pemerintah pusat serta aparat kepolisian pun lebih cekatan dalam menangkap mereka yang melakukan kekerasan, baik kekerasan seksual, kekerasan fisik, pembunuhan, penganiayaan, dan lain sebagainya demi tercapainya kehidupan yang penuh dengan kedamaian di Aceh.
(Email:rahayunonoayahni02@gmail.com)