Oleh : Nurul Aini Suid
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki hutan hujan tropis terluas di dunia mendapat julukan sebagai “paru-paru dunia”. Hal tersebut merupakan suatu hal yang membanggakan bagi diri kita, karena tempat kita berpijak memberikan konstribusi yang begitu besar dengan menghasilkan oksigen yang luar biasa untuk khalayak ramai, layaknya paru-paru yang berfungsi untuk menukar oksigen dan karbon dioksida. Namun sayangnya, kebanggaan itu bukannya dijaga, tetapi dijamah dengan liar oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Berita tentang pembalakan atau penebangan hutan tak jarang kita dengar. Informasi mengecewakan itu dapat kita temui dimedia elektronik maupun media cetak. Padahal, hutan merupakan sebuah kesatuan dari ekosistem dari kumpulan flora dan fauna atau sumber daya hayati yang biasa didominasi oleh pepohonan. Tanpa hutan, kelangsungan hidup manusia maupun hewan akan terancam. Terjadinya erosi, karena tidak ada yang menahan lapisan tanah supaya tidak hanyut. Kerugian-kerugian lainnya juga terjadi jika hutan tidak ada, seperti hilangnya sumber mata air dan lain-lain sebagainya.
Padahal, dengan akal yang Allah SWT anugerahkan, manusia menjadi lebih daripada makhluk-makhluk lainnya. Manusia lebih mulia dari pada hewan. Sadar atau tidak, hewan saja memiliki kesadaran menjaga keseimbangan alam dan lingkungan hidup, lalu apakah kita selaku manusia justru menghancurkannya?. “Janganlah kamu berbuat kerusakan sesudah Allah memperbaikinya (Qs: Al’araf/56). Dari ayat itu, manusia memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungan hidup demi kesejahteraan hidup manusia di bumi ini.
Upaya untuk menghentikan perusakan hutan sudah dilakukan dengan maksimal, pihak yang berwenang seperti polhut sudah dikerahkan. Tak habis akal, mereka-mereka yang tidak bertanggung jawab bermain petak umpet dengan petugas keamanan. Ada yang menebang pohon ketika malam tiba, ada yang memindahkan kayu dengan sigap, lengkap dengan alat-alat yang dibutuhkan, bahkan tak jarang ada yang bersembunyi. Memang, apa yang mereka lakukan demi mencari sesuap nasi, tapi hal tersebut sangat-sangat merusak kehidupan makhluk hidup lainnya. Suka tidak suka, setelah tindakan egosi itu, banyak kita temui hewan-hewan memasuki kediaman warga, salah siapa?. Padahal Allah dengan tegas melarang perbuatan manusia untuk merusak bumi “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan-tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Qs Ar-Rum/41).
Bagaimanapun, kesadaran dari diri sendiri perlu ditingkatkan. Jika sebelah pihak, seperti pemerintah hanya berperan, maka hal yang ingin dicapai untuk menjaga linkungan seperti hutan tidak akan seimbang. Untuk keselamatan generasi yang akan datang, unsur agama dan kecintaan terhadap alam perlu dihayati dengan benar.
Tak salah, jika manusia menganggap bahwa hasil alam dan lingkungan hidup adalah nikmat yang berlimpah ruah untuk keberlangsungan hidup manusia. Tak dihukum jika manusia menikmati hasil alam dan lingkungan bagai harta karun yang tak dapat dihitung. Namun, akan salah dan dihukum jika disalah gunakan, seperti “menjual” dan “menjamah” dengan brutal, mengabaikan manfaat dan keberlangsungan hidup didalamnya.. Mudharatnya terjadi berbagai kerusakan lingkungan yang sudah sampai pada titik yang sangat mengkhawatirkan.
Problematika itu, direspon oleh pemerintah untuk menanam pohon kembali. Setiap tanggal 28 November di tetapkan sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI). Jutaan pohon ditanam kembali untuk menstabilkan suhu bumi dan utamanya untuk keberlangsungan hidup makhluk hidup. Setiap tahunnya pemerintah mengajak masyarakat setidaknya menanam pohon satu batang satu orang atau yang lebih dikenal dengan sebutan one man one tree. Kata presiden, menanam pohon sama juga dengan menanam doa dan harapan, ya, menanam harapan agar kelak anak cucu kita dapat menikmati lingkungan hidup yang lebih baik.
Biasanya, untuk memperingati HMPI tersebut, pimpinan seperti presiden dan jajaran serta masyarakat akan membuka acara dengan penanaman satu pohon yang dimulai oleh presiden. Kerumunan masyarakat pasti memenuhi lahan kosong. Bahkan ada yang melebihi target pemerintah.
Namun, tahun ini, negara kita sedang tidak baik-baik saja. Problematika lain yang lebih mengancam penduduk negeri sedang maraknya terjadi. Virus corona, begitulah namanya, virus yang menyerang seluruh lapisan masyarakat, tak pandang usia, gender, ekonomi dan lain-lain. Korban berjatuhan tak sedikit. Hal ini kemudian memicu pemerintah untuk melakukan sosial distancing. Budaya bersih kembali hidup, sisi positif dari virus ini, walaupun keberadaan virus tersebut tak diharapkan.
Menanam pohon jarak jauh
Akibat dari covid19 ini, pemerintah dengan ketat melaksanakan protocol kesehatan. Seluruh aktivitas masyarakat di lakukan dari rumah. Peralihan aktivitas masyarakat ke digital marak dilakukan, mulai dari sekolah, kuliah, pelatihan, seminar, lomba, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan agar minimnya penularan covid19.
Seperti baru-baru ini di Indonesia, lomba sepeda dilakukan secara daring. Banyak apresiasi dari berbagai pihak yang mendukung kegiatan tersebut. Bersepeda secara daring, selain untuk berolahraga, juga langkah yang bagus untuk mengurangi penularan covid19.
Peralihan aktivitas ke digital tersebut, patut dicoba di peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia. Menanam pohon dan menjaga diri dari kerumunan adalah dua hal yang sama-sama penting. Di satu sisi, peringatan menanam pohon tidak boleh berhenti, dan sisi lain melakukan kerumunan tidak boleh dilakukan. Jika pun dilakukan secara langsung, tak sedikit masyarakat akan membandel. Ada yang tidak memakai masker, ada pula yang tidak menjaga jarak.
Memang, aktivitas yang dilakukan secara daring ini tidak maksimal, kendala-kendala teknis sering terjadi. Seperti akses internet lelet, kuota tidak ada, dan lain-lain. Bagi yang memiliki kendala teknis, menanam pohon secara personal pun sebenarnya bisa dilakukan, tanpa daring. Untuk tahun ini, sekali saja setidaknya, mari bersama-sama melawan covid19, dengan tetap stay at home, menanam pohon dengan tetap melakukan protocol kesehatan atau menanam pohon secara daring serta menjaga diri dari kerumunan.
Oleh karena itu, diharapkan semoga kedepannya hutan Indonesia dapat pulih kembali, kesadaran agar mencintai lingkungan di dalam diri masyarakat semakin tumbuh, dan semoga negeri ini segera pulih, agar di tahun depan, kita lebih maksimal dalam menjaga hutan dan lingkungan sekitar. Diakhir tulisan ini, penulis teringat sebuah slogan “Harta tidak akan berguna jika alam bahkan tidak ada”. Untuk itu, ayo jaga alam, maka alam akan menjaga kita.
Nurul Aini Suid, mahasiswi prodi Sosiologi Agama UIN Ar-Raniry, anggota komunitas menulis PEMATIK dan siswa Sekolah Kita Menulis, email : nurulainisuid@gmail.com