BerawangNews.com, Takengon-SYEH MULYADI S.H putra daerah gayo . Yang akrab di sapa syeh menanggapi soal harga kopi yang tidak stabil di gayo kopi arabika yang menjadi salah satu komoditi unggulan yang berasal dari Dataran tinggi gayo aceh Tengah, Indonesia.
Tanah Gayo adalah penghasil kopi jenis Arabika terbesar di Indonesia dengan produksi rata-rata 60 ribu ton lebih pertahun dari areal seluas 70 ribu hektar lebih.
Syeh mengatakan Kopi Gayo adalah ‘nafas bagi masyarakat gayo penopang utama perekonomian. Sebagian besar penduduk Gayo adalah petani,
Namun secara nasional, kopi Arabika gayo adalah penyumbang sekitar 30 persen kopi Indonesia. Selain itu, pamor kopi Gayo mampu mengalahkan aroma kopi Amerika Latin dan Vietnam sekalipun.
Tidak stabilnya harga kopi merupakan hal yang serius bagi petani kopi di gayo
harga kopi Gayo yang semula biji kopi asalan dan setelah disortir berkisar Rp 68 ribu per kilogram sampai dengan Rp 75 ribu perkilogram. Kini harganya anjlok Rp 39 ribu per kilogram sampai dengan Rp 47 ribu per kilogram.
Syeh juga meminta agar pemerintah dan para wakil rakyat yang mewakili aspirasi masyarakat gayo untuk menuntaskan permasalahan yang dihadapi petani kopi gayo . Dengan serius mempercepat merumuskan qanun terkait harga kopi diperlukan regulasi yang mengatur kebijakan harga kopi yang dituangkan dalam Peraturan Daerah.
membuat regulasi harga kopi. Sehingga petani yang ada di daerah dapat terjamin dan tentunya kestabilan harga akan berpengaruh kepada kesejahteraan petani Ungkap syeh .
kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan pemerintahan harus terwujud . Qanun terkait harga kopi adalah jawaban bagi petani kopi yang selama ini membawa nama gayo aceh Indonesia ke seluruh dunia melalui kopi Arabika gayo. Tapi petaninya belum sejahtera dan masih di terpa oleh ketidakstabilan harga kopi Gayo.tutup syeh mulyadi S.H alumni fakultas hukum universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dari daerah gayo kabupaten Aceh tengah Provinsi Aceh Indonesia.
(AWB)
