Oleh: Quddusis Sara
Siswi Sekolah Kita Menulis
Satu contoh di antaranya adalah jenis bunga Keladi, Aglonema, dan yang paling menghebohkan adalah dengan adanya nama bunga jenis janda bolong. Rentetean nama bunga tersebut dulunya hanya menjadi tanaman biasa yang tumbuh di hutan atau hanya dipandang sebagai tanaman liar di belakang rumah, tetapi sekarang justru menjadi tanaman hias yang diburu oleh banyak kalangan masyarakat, terutama bagi kalangan kuam ibu. Atas fenomena inilah saya menyebutnya sebagai dampak perubahan sosial karena bunga.
Berdasarkan pengalaman, saya melihat ibu saya sendiri tamapk sangat menyukai tanaman jeis Aglonema karena bunga tersebut memiliki daun yang sangat unik. Aneka ragam percampuran warnanya menambah kecantikan dari bunga tersebut, ada yang berwarna merah, putih dan juga seperti ukiran batik. Tanaman hias Aglonema ini juga sangat mudah dirawat, karena jenis bunga tersebut cukup ditempatkan pada area yang terkena sinar matahari secara langsung, gunanya agar bunga dapat tumbuh dan subur, cantik, dan memukau untuk dilihat.
Dalam hal merawat bunga Aglonema, kita hanya menyiramnya sehari satu kali. Intinya kita harus menjaga tanaman tersebut agar tetap dalam kondisi lembab. Yang harus diingat pula, saat menyiram tanaman ini dengan air yang berlebihan juga tidak baik, malahan akan membuat tanaman ini semakin cepat layu dan mati. Begitu pula dengan proses pemupukannya, cukup dengan pupuk kandang saja. Selain itu, penempatan bunga ini di dalam pot putih dan di atas rangkaian kayu yang di tempah, sehingga menambah kesan keindahannya jika dilihat dari kejauhan. Beginilah pengetahuan awal saya dalam memahami dunia bunga.
Seiring dengan trend masa kini, maraknya bunga-bunga yang sedang diminati oleh kaum ibu memiliki ciri keunikan tersendiri. Karena kebedaraan bunga dapat memperindah sudut ruangan sebagai hiasan dengan menambah bebatuan yang unik di dalam pot. Bagi tanaman hias yang memiliki nilai estetik tinggi, tentunya soal harga bukanlah menjadi penghalang bagi mereka pecinta atau pemburu tanaman hias.
Dari situlah saya melihat, mengapa kaum ibu sangat menyukai bunga, salah satunya faktornya juha bukan sekedar menghias rumah, tetapi juga ada faktor perekonomian. Karena bunga yang memiliki estetik dan keunikannya dapat diperjual belikan dengan harga yang menguntungkan, apalagi dalam kondisi pandemi saat ini, semua orang terkendala dari segi perekonomian keluarga. Pada kondisi ini, beberapa bulan yang lalu masyarakat diharuskan untuk tetap berada dirumah, sehingga tergiringnya sekelompok kaum ibu beralih melakukan kegiatan bercocok tanam di rumah untuk mengisi kekosongan waktu mereka.
Berdasarkan pengamatan saya, setiap tahunnya, trend bunga selalu memiliki perubahan, baik yang bersifat negatif maupun postiti. Dampak negatif bagi kehidupan sosial masyarakat dapat dilihat dari fenomena yang dulunya tidak pernah mengkoleksi bunga, sekarang mengalami kecintaan yang berlebihan terhadap bunga, bahkan ibu-ibu yang sibuk bekerja di siang hari, rela mengahabiskan waktu istirahat malamnya untuk merawat bunga.
Tetapi, dampak positifnya dapat dilihat dari adanya sekelompok kaum ibu saat bertamu kerumah temannya seringkali melirik bunga dan menukarkan dengan bunga yang ada dirumahnya, ataupun membelinya. Bahkan muncul cerita lucu beberapa dari mereka rela untuk memburu tanaman keladi dengan menyusuri pinggir sungai hingga menyuruh suaminya untuk masuk ke dalam hutan. Hal inilah yang membuat saya berani mengatakan perilaku masyarakat juga dapat berubah karena bunga.
Tidak hanya itu, adanya peningkatan minat dan harga bunga hias ini ternyata mengundang terjadinya kasus pencurian tanaman hias di mana-mana, salah satunya adalah teman ibu saya yang mengkoleksi banyak bunga di rumahnya. Bunganya dicuri sangat banyak. Rupanya di pagi hari hanya tinggal potnya saja. Jika dijual, bunga tersebut bisa mencapai kisaran harga sembilan jutaan dan tentunya dengan harga tersebut sungguh sangat berharga saat kondisi perekonomian yang terjepit masa pandemi ini.
Bunga yang dicuri cenderung pada jenis bunga Aglonema dan Caladium, bunga tersebut termasuk dalam kategori bunga yang dijual dengan harga ratusan ribu hingga jutaan. Maraknya kasus pencurian tersebut membuat para pecinta bunga mulai resah. Mereka menjadi was was kalau bunganya dipantau terus oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sekelompok kaum ibu mulai mengantisipasi tindak pencurian bunga dengan menyimpan bunga tidak di sembarangan tempat di waktu malam tiba, mereka rela mengeluarkan tenaga untuk meletakkan bunga ke dalam rumah atau gudang, kemudian saat pagi hari dikeluarkan dan menyusunnya dengan rapi dan menrik utuk dilihat. Mungkin perilaku sedemikian dianggap kurang kerjaan bagi kaum ibu yang tidak termasuk kategori para pemburu atau pecinta bunga.
Ada dua tipe yang menyebabkan bunga menjadi trend di masa pandemic, yang pertama adalah tipe gaya hidup, mereka adalah ibu-ibu yang memang pecinta bunga sejak lama yang selalu rajin mengkoleksi bunga-bunga yang indah, seperti ibu saya dengan beberapa temannya misalnya. Yang kedua adalah tipe ekonomis, selama masa pandemi banyak orang yang diberhentikan pekerjaannya. Mereka yang terkena dampak perekonomian karena pandemi tersebut ternyata menempuh langkah inisiatif untuk menjual bunga dengan berbagai corak yang unik, sehingga harga yang dijual juga melambung tinggi.
Dari hal ini, saya melihat ada banyak terjadi perubahan sikap dalam bersosial bagi kaum ibu yang awalnya hanya sekedar mengkoleksi saja, namun beralih menjadi penjual bunga dengan harga pasaran yang tinggi. Namun, hal ini juga berbeda pola antara penjual dan pengkoleksi bunga, saya juga melihat ibu-ibu yang hanya suka mengkoleksi saja tapi tidak rela untuk menjualnya kepada siapapun.
Jika pembaca menulusuri fenomena bunga ini, ternyata trend pecinta bunga tidak hanya dari kalangan kaum ibu saja, tetapi kaum usia muda (gadis) juga sudah mulai menyukai bunga, mereka mulai membantu ibunya untuk merawat tanaman hias untuk dijual, dan saya adalah salah satu pencinta bunga dengan umur yang dapat disebut relatif muda. Terkadang, memahami bunga dan hubungannya dengan pendepatan ekonomi, para suami pun ikut terseret dan mulai membantu istrinya untuk menjual bunga. hal ini terjadi dikarenakan harga beberaoa jeis bunga melonjak tinggi meskipun dulunya keberadaan bunga tersebut hanya dipandang sebelah mata. (quddusisara9372@gmail.com)