Notification

×

iklan dekstop

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Malam 'Tak Berbintang dan 'Tak Berembulan

Rabu, 07 Oktober 2020 | Oktober 07, 2020 WIB Last Updated 2020-10-07T06:54:03Z

 


Oleh: Lasma Farida

Kututup mataku, menelan semua kecamuk rasa yang membuncah di dada. Air mata kubendung sekuat tenaga. Menggigit bibir dengan menarik napas dan menembuskannya perlahan. Berharap ketika mataku terbuka, ini hanya mimpi semata. Hanya mimpi

Sayangnya, ini bukan mimpi. Ini nyata. Sebuah kenyataan yang tidak pernah kuinginkan terjadi. Tidak pernah terlintas di benakku hari ini semua benar adanya. Langit runtuh bumi terbelah aku tertimpah di antara keduanya. 

Aku tidak menginginkannya, tapi aku bisa apa? Menangis, meraung, menjerit, atau berlari menjauh dari kenyataan ini? 

Kau terbaring kaku tidak berdaya di pembaringan kasur itu. Berselimut lapisan kain panjang. Kau pergi selamanya, meninggalkan aku wanita yang baru tiga bulan berstatus istrimu.

Bukankah bulan depan resepsi pernikahan kita akan berlangsung? Konsep acara sudah kita rancang, undangan sedang kita desain cover-nya. Ayah, ibunda dan keluarga sedang bersiap-siap untuk membuat acara sakral yang semula tertunda karena corona merajalela.
Namun kini, hanya ada aku bersama foto pernikahan kita.

Suamiku, tadi malam adalah malam terburuk dalam hidupku. Sepanjang malam aku bersama bayanganmu dengan bacaan Surat Yasin. Malam tidak berbintang dan 'tak berembulan. Aku di sini, di kamar kita ... menangis dalam hampa bersembunyi dari mereka. Agar tidak ada yang tahu bahwa aku menangisi kegamanganku betapa suramnya besok dan hari-hari berikutnya. 

Aku takut dengan siang, bagiku siang akan sama saja tetap malam dan gelap gulita. Sama dengan pakaianku yang melekat hitam kelam. Apakah ada secercah cahaya putih untukku? Selain beningnya bulir kristal dari mataku?

Kemarin kau pergi, kepergianmu merubah statusku dari istri menjadi janda. Ya Allah Ya Rabi ini atas izinmu dan kekuasaan-Mu. Batas usia suamiku tiba, aku merelakan dan mengikhlaskan kepergiannya menghadap-Mu. Dengan air mata yang kubendung, aku tunaikan fardu kifayah sampai keempat untuknya. Aku tidak berdaya, hanya mampu memohon Kasih dan Sayang-Mu untuk kami.  

Tempatilah dia di surga-Mu bersama Rasullah dan para sahabatnya dan ampuni dosa-dosanya. Semoga kelak Kau pertemukan kami  di surga-Mu.

Berilah ketabahan untukku, agar kuat menghadapi hari yang pincang tanpa dia suami tercinta. Dalam Rahimku ada nyawa yang kupertaruhkan agar tetap bertahan. Untuknya aku harus kuat dan sabar. Kehadirannya baru berbilang minggu dalam kandunganku, dia kini bergelar yatim. Akan lahir tanpa disambut oleh seorang ayah.

Pada saatnya tiba aku akan menceritakan kepadanya bagaimana ayahnya mencintai kami. Bagaimana akhlak dan tampannya ayahnya serta bagaimana rendah hati dan ketaatan dia dalam mengikuti perintahmu juga kasihnya kepada orang tua. 

Aku tidak tahu bagaimana kelak setelah hari ini sehari kepergiannya. Aku hanya mampu berharap dan berdoa kepada-Mu agar kami sehat dan baik-baik saja. Bersama keluarga besar aku akan membimbing  Fajrisman junior menjadi seperti dia almarhum suamiku tercinta.

Blang Pidie-Bener Meriah, 07/10/2020

Curahan hati seorang istri
Dek Fajrisman, Al-Fatihah