Notification

×

iklan dekstop

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Impian Sebagai Harapan

Senin, 05 Oktober 2020 | Oktober 05, 2020 WIB Last Updated 2020-10-05T12:33:02Z


                                                        

Oleh : Nurma Fitri

Hari yang ku tunggu-tunggu kini datang juga dengan jerih payah ku selama 3 tahun terakhir kini akhirnya sampai juga, aku terus menghitung hari demi hari bulan demi bulan tahun demi tahun seakan berjalan begitu lama tapi, hari ini hari dimana aku merasa sangat bahagia seakan dunia ini mampu ku genggam dengan begitu bangganya.

Di perjalanan aku merasa begitu gelisah seakan perjalanan dari rumah ke sekolah begitu jauh dan tak kunjung sampai, aku terus melihat jalan ke depan dan ke belakang seakan menghitung perjalanan yang begitu lama dan aku mulai tak sabaran, ku lihat diujung gang menuju rumahku mulai tampak dengan tergesa-gesa aku menghentikan bus yang ku tumpangi dengan senyuman yang semeringah, rasanya dadaku ini mau meledak karena berita gembira yang sedari tadi ku pendam.

Dengan senangnya aku berlari agar aku cepat sampai di rumah, sampai di rumah nafasku mulai terengah-engah, tapi aku seakan tak perduli karena berita yang ku sampaikan ini lebih penting dari segalanya, ibu melihatku dengan wajah senang dan nampak cemas tergambar di raut mukanya, ia langsung menghampiri ku

Kenapa kamu berlari nak?

Apa yang terjadi?

Ibu terus menyerang ku dengan berbagai pertanyaan karena ia merasa cemas melihat keadaan ku, Bu" duduk dulu aku menarik tangan ibu ke kursi agar ia tak bertanya banyak lagi padaku.

Tapi nak?

Sebelum ibu bertanya lagi aku langsung memberitahukan apa yang ku sampaikan. Jadi, "begini bu" aku tadi lari karena aku gak sabar mau katakan sama ibu kalau aku lulus Bu" yeee aku teriak kegirangan, yang benar nak? Ia bu jawabku Alhamdulillah ya Allah ibu mengucapkan syukur dan sangat terharu akan kelulusan ku, aku sangat suka melihat senyuman yang terpancar tulus dari wajahnya dan rasa bangganya terhadapku, aku memeluknya dengan erat dan mengucapkan terima kasih yang tak terhingga untuknya.

Terima kasih ya Bu, ibu udah mendo'akan aku sehingga aku bisa lulus seperti ini tak terasa air mataku jatuh seketika, ibu mengelus kepala ku dengan lembut dan berkata " nak ibu berharap kamu terus bersyukur dan taat sama Allah dan ibu do'akan kamu bisa lebih sukses dari ibu, semoga kamu bahagia dunia dan akhirat, tangis ku semakin menjadi-jadi tapi ibu terus mengelus kepala ku sampai-sampai aku tertidur di pangkuan ibu.

Langit mulai memerah seakan malam mulai menyapa, aku bersama adik-adik ku dan kedua orangtua ku bergegas mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat maghrib berjamaah di rumah, selesai sholat seperti biasa kami mengaji bersama sambil menunggu waktu sholat isya tiba dan setelah sholat isya selesai kami biasa berkumpul di ruang dapur bercerita santai sebelum tidur di kamar masing-masing.

Pak Bu aku memulai pembicaraan, semua mata mengarah padaku, aku seakan menelan ludah karena sulit untuk mengucapkan apa yang ingin ku katakan, pak bu sekali lagi aku berkata dengan nada yang rendah, aku kan udah selesai seperti kata ibu dulu kalau aku udah selesai SMA aku bisa memilih kuliah di mana aja ya kan Bu ? Aku melirik ibu berharap apa yang ia katakan dulu masih di ingat oleh ibu, ya kata ibu terus kamu maunya kemana? Ibu menimpali ku, aku ingin melanjutkan ke Medan Bu aku mau kuliah di universitas Negeri Medan salah satu universitas negeri yang bergengsi disana Ibu dan Ayah terdiam aku juga ikut diam.

Emang kalau kamu kesana, kamu mau pergi dengan siapa? Terus kamu tau gak Medan itu dimana? Itu kan jauh lagian kamu cewek terus kamu kesana nanti gimana siapa yang mengantarkan kamu kesana? Ibu bertanya semua itu padaku, sebelum aku menjawab ibu kembali berkata " ibu dan bapak gak pernah kesana kalau pun kami yang mengantarkan kamu kesana kita mau tinggal dimana nanti terus UNIMED tu dimana nak? Tanyanya padaku.

Aku diam membisu benar juga fikir ku aku kan gak tau juga Medan tu dimana dan UNIMED tu dimana lagian setau aku kami kan gak ada saudara disana, tapi aku pernah dengar cerita ibu sebenarnya kami punya saudara disana tapi gak pernah lagi berhubungan sama sekali setelah mereka pindah kesana jangankan alamat rumah mereka no hp aja kami gak punya, aku merasa sedih karena aku sangat ingin kuliah disana tapi apalah daya semuanya sirna begitu saja.

Aku pamit pada ayah dan ibu untuk pergi ke kamar dengan raut muka ku yang kecewa dan sedih karena aku tak bisa pergi ke Medan, aku berlalu meninggalkan mereka semua dengan perasaan yang hancur, aku menangis di dalam kamar dan meratapi apa yang terjadi padaku, percuma aja aku lulus lebih baik aku gak lulus dari pada gak bisa melanjutkan sekolah ke Medan aku menggerutu dalam hati seakan aku ingin berteriak dengan kesedihan yang kurasakan.

Ibu dan ayah belum juga beranjak dari tempat duduk mereka, mereka masih membahas soal aku yang ingin melanjutkan studi ku ke Medan, gimana pak? Ibu bertanya pada bapak, dia ingin sekolah disana tapi gimana kita kan gak pernah kesana, lagian saudara dari ayah yang ada disana gak pernah ngasih kabar dan kita gak tau alamat mereka disana? Kata ibu, ia juga sih Bu terus kita harus bagaimana? Kata bapak menimpali kasian juga si Nurma kita kan su dah janji dulu dia bisa memilih universitas yang dia inginkan tapi saatnya tiba kita tidak bisa mewujudkannya, mereka seakan saling menyalahkan, ya udahlah pak ni sudah malam mungkin besok pagi kita bisa bicarakan ini sama keluarga ayah ibu dan kita cari solusinya gimana baiknya.

Ibu menghampiri ku ke kamar karena ibu sudah paham dengan sifatku kalau apa yang aku inginkan tak kesampaian aku pasti menangis dan murung gak bergairah melakukan pekerjaan apapun, nak kamu gak usah fikirkan lagi insya Allah besok pagi kita akan cerita sama keluarga ( pihak ayah dan ibu) untuk mencari solusi bagaimana kamu bisa melanjutkan sekolah disana.

Jika Allah meridhoi kamu pasti bisa kesana tapi jangan lupa berdo'a kepada Allah dan yakin jika bersungguh-sungguh tak ada yang tak mungkin bagi Allah kata ibu, aku semakin bersemangat dengan kata-kata ibu dan yakin semua masalah pasti ada jalannya, ya udah tidurlah jangan menangis lagi yakinlah pada ketentuan Allah kata ibu, aku meraih tubuhnya dan memeluknya dengan erat terima kasih ya bu, seolah kata-katanya memberikan ku kekuatan ibu tersenyum padaku seolah memberiku harapan.

Pagi-pagi setelah sarapan bapak dan berpamitan pada Kami semua ke rumah nenek ibunya ibu untuk membicarakan permasalahan ku tadi malam yang belum ada solusi, karena kebetulan hari ini juga bertepatan dengan hari minggu, tadi malam ibu dan ayah sudah menelpon mereka untuk membicarakan masalah ini, mereka menyuruh bapak dan ibu kerumah nenek agar mudah berkomunikasi untuk mencari solusinya,.

Kalian di rumah aja ya!

jangan pergi kemana-mana jaga rumah ya! kata ibu,

Ya bu kami menjawab serentak.

Ibu dan ayah pergi menggunakan motor jarak rumah nenek dari rumah kami jika di tempuh dengan motor sekitar 25 menit dalam perjalanan, kampung nenek namanya gunung teririt adik-adik mamak baik yang laki-laki dan perempuan lebih banyak tinggal di sana bersebelahan dengan rumah nenekvhanya kami yang agak jauh rumahnya dari rumah nenek, jadi kami sering kumpul ke rumah nenek karena sebagian besar mereka tinggal disana.

Aku tak sabar menunggu apa hasil yang dibicarakan ibu dengan bibi dan pun panggilan adik laki-laki dari pihak ibu, aku sangat penasaran sehingga apapun yang ku kerjakan seolah tak bergairah, aku gak bisa diam fikirku aku harus melakukan sesuatu aku bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu melaksanakan sholat dhuha, aku melihat jam masih menunjukkan pukul 09.00 WIB. Setelah sholat aku berdo'a pada Allah semoga keputusan apapun nantinya adalah keputusan yang terbaik untukku dan aku ikhlas menerima segalanya aamiin.

Tin....tin....suara motor bapak mengklakson di depan rumah, aku bergegas menuju pintu depan ibu dan bapak melihat ku dengan tersenyum ya Allah mudah-mudahan ada titik terang aamin do'aku dalam hati.

"udah pulang pak Bu"

Ya nak

bapak dan ibu mau minum gak aku menawarkan langsung boleh juga kata bapak, aku langsung pergi ke dapur untuk membuatkan mereka minum dan cemilan kecil ."ni bu pak" aku menyodorkan minuman dan kue yang ku bawa terima kasih ya nak kata ibuu "ya bu sama-sama" aku merasa penasaran apa hasilnya, tapi aku nggak langsung bertanya pada ibu dan bapak, aku membiarkan mereka menikmati minuman dan kue yang ku buatkan untuk mereka.

Begini nak ibu memulai pembicaraan aku terlihat antusias mendengarkan cerita ibu, ibu dan bapak sudah ceritakan pada nenek, kakek, bibi dan pun mu, ternyata mereka mensupport mu kuliah disana masalah kau disana bik ju adik perempuan ibu yang bungsu ternyata pernah kuliah disana mengambil jurusan PGSD, ibu juga lupa kalau bibi mu pernah kuliah disana jadi masalah tempat kamu tinggal disana dan masalah kampus mu gak perlu difikirkan lagi karena bibi mu tau dan dia mau mengantarkan mu kesana katanya, karena bik ju masih gadis tapi udah PNS juga jadi sedikit banyaknya dia juga akan menolong kita kata ibu, aku berteriak kegirangan ya Allah terima kasih engkau telah menjawab do'aku ibu dan bapak serta adik-adikku merasa senang dan kami semua terlihat bahagia.

Diana sahabat ku dari kelas 1 sampai kelas 3 di MAN Simpang 3 juga mengambil universitas yang sama dengan ku, tapi dia juga mengambil universitas sumatera Utara yaitu universitas yang bergengsi yang di gemari juga di Medan, dia mengambil dua universitas karena untuk berjaga-jaga agar jika tidak lolos di universitas yang satu bisa ke universitas yang lain katanya, tapi saat kami berbicara dia sudah yakin kalau dia akan mudah masuk ke universitas Negeri Medan dengan gampang karena ia memiliki ikatan saudara dengan rektor pimpinan disana begitu yang ia ceritakan padaku, saat itu aku merasa berkecil hati karena aku tidak ada saudara yang tinggi seperti itu disana, tapi ya sudahlah yang penting aku bisa pergi kesana pertama kali dan melihat salah satu kota besar, setidaknya aku sudah berpengalaman pergi ke kota besar fikir ku yang penting aku usaha terlebih dahulu kalau tidak lulus berarti aku tidak ditakdirkan kuliah disanav aku memotivasi diriku sendiri.

Waktunya tiba aku dan bibi pergi ke Medan untuk tes seleksi di kampus itu kami berangkat menggunakan bus yang berangkat pada malam hari setelah sholat isya, ibu memanggil ku nak ini ada uang cukup untuk ongkos kau dan bibi mu ibu menyodorkan uang 300.000, dan ibu memberikan uang 100.000 lagi untuk pegangan kalian selama 2 hari setelah 2 hari ibu akan mengirimkan uang lagi katanya dengan suara yang berat dan terlihat sedih, aku tahu keuangan keluargaku memang tidak begitu baik karena kami adalah keluarga besar.

Aku adalah anak yang paling besar dalam keluarga sedangkan adik ku yang pertama bernama Zainuddin duduk di bangku kelas 1 SMA, adik ku yang kedua bernama Sopiana duduk di kelas 5 SD, adikku yang ketiga bernama Marzan duduk di bangku kelas 3 sedangkan adik bungsu ku masih sekolah TK bernama Mauhizah, begitu dekat jarak kelahiran kami pasti membutuhkan biaya besar untuk pendidikan dan untuk kebutuhan sehari-hari, ibu bekerja sebagai guru PNS di SD sedangkan ayah bekerja sebagai petani menggarap tanah hasil warisan dari kakek dan nenek orangtua dari bapak kira-kira luasnya 5 rante yang ditanami pohon kopi.

Dengan penghasilan dari bapak dan ibu tentu pengeluaran dan pendapatan tak sesuai berbanding jauh terllihat ketimpangan pendapatan dengan pengeluaran serta jumlah keluarga yang begitu besar mempengaruhi keuangan keluarga kami. Ibu sangat kuat berdiri tegap mengambil alih semua beban keluarga yang seharusnya di emban oleh bapak, karena bapak tak mampu bekerja keras seperti orang di luar sana disebabkan kondisi fisiknya yang tidak terlalu kuat, tapi ibuku tak pernah menyerah melawan semua beban berat yang berada dipundaknya dan tak mau menyalahkan bapak karena ibu paham akan kondisi bapak.

Peran besar yang di jalankan ibu tak pernah sekalipun ia terlihat mengeluh dan ia tidak pernah perlihatkan kesusahan dalam mengatur keuangan keluarga, kami tidak tau bagaimana ibu bisa mengelola uang dari hasil gajinya setiap bulan dan penghasilan ayah dari kopi yang jika di hitung jauh dari kata cukup. Jadi, keuangan kami seolah buka lubang tutup lubang demi memenuhi kebutuhan sekolah kami dan kebutuhan sehari-hari.

Setelah sampai ke Medan aku memberi kabar pada bapak dan ibu kami sudah sampai di kota Medan, saat itu kami tinggal di rumah teman bibi di areal perumahan tentara, karena suami dari temannya bibi itu salah satu anggota tentara makanya mereka diwajibkan tinggal disana, saat sampai kerumahnya kami di sambut baik dan ramah oleh teman bibi yang bernama Serly, ia tahu kedatangan kami karena sebelumnya bibi menelpon untuk menginap 3 hari di rumah mereka selama aku mengikuti tes seleksi di kampus, ia sangat senang karena sudah lama tak berjumpa dengan bibi.

Sampai disana kami di jamu dengan hangat begitu juga dengan suami bik serly, aku memanggil nya bibi karena bagiku ia sama dengan bibi adik dari ibu ku, dia juga sangat senang dipanggil dengan sebutan bibi disana aku tak banyak bicara seperti terlihat sebagai orang yang pendiam, karena sifatku dari dulu sampai sekarang aku sulit beradaptasi dengan orang baru dan lingkungan baru. Mereka seakan nostalgia mengenang masa-masa bersama dulu dengan tawa yang begitu bahagia bisa bertemu dengan teman lama, sedangkan aku di berikan ruang yang khusus untukku belajar agar tak terganggu dengan cerita mereka. Aku belajar dengan sungguh-sungguh dengan harapan aku bisa lulus.

Pagi yang cerah menyapa kami dengan penuh kehangatan pagi itu kami cepat-cepat membersihkan diri dan mengecek semua peralatan tes seleksi nanti agar tak ada yang ketinggalan, setelah yakin tidak ada yang ketinggalan Kami berpamitan pada bik serly,. 'Nurma ya bik" nanti saat kamu ujian jangan gugup baca dulu basmalah ya! Ya bik jawabku, dan yakinlah semoga semuanya lancar dan bisa lulus katanya, makasih ya bik, ia Nurma sambil tersenyum padaku.

Kami berjalan ke depan gang tidak jauh dari rumah bik Serly kami menunggu angkutan umum yang bernomor 103 menuju kampus, bedanya angkutan umum di Medan nomor angkutan menunjukkan tempat yang ingin kita tuju, tak lama kemudian angkot yang kami tunggu datang juga. Setengah jam kemudian kami sampai di kampus kami langsung bergegas menuju ruangan tempat ku mengikuti tes, karena dalam kartu tes mengingatkan bahwa 1 hari sebelum mengikuti tes peserta diwajibkan hadir dan mencari ruangan agar tidak terlambat dalam mengikuti tes, aku dan bibi mencari ruangan tempat aku tes di gedung-gedung kampus tersebut sudah ada petunjuk arah yang tertempel di papan pengumuman. Kami tidak merasa kebingungan dalam mencari ruangan ternyata aku berada di gedung A lantai 2, tempat duduk ku di deretan ke 3 dekat dengan dinding searah dengan pintu depan.

Beberapa bulan kemudian hasil kelulusan keluar, aku sibuk mencari-cari koran untuk melihat apakah aku lulus atau tidak, sangat sulit mencari koran yang memuat informasi kelulusan di UNIMED tak ku sangka aku berjumpa dengan sahabat ku Diana. Din kamu udah tau belum kalau kamu lulus atau nggak di UNIMED? "Oh ya ma" dia sering memanggil ku dengan sebutan ma, aku hampir lupa aku ada baca koran di tempat saudara ku, aku mencari nama kita berdua tapi aku dan kamu kita sama-sama nggak ada nama kita disana, ya otomatis kita gak lulus katanya dengan sedikit murung, aku tambah penasaran aku ingin lihat sendiri nama ku memang gak ada di sana fikirku, Din aku mau pinjam koran mu lah aku mau lihat sendiri kataku dengan sedikit memelas, masalahnya ma koran itu aku baca dirumah saudaraku dia nggak disini sudah pergi ke Banda, ya sudahlah pupus semua harapanku aku langsung pamit padanya karena nggak selera untuk pergi kemana-mana.

Assalamualaikum ku ucapkan salam tidak begitu bersemangat, wa'alaikum salam suara yang begitu ramai menyambut kedatangan ku aku diam saja dan bergabung dengan mereka, tiba-tiba bik ju bibi yang pergi mengantarkan ku pergi ke Medan berbicara "alhamdulilah pak sebutan sayangnya untukku kamu lulus di Unimed, aku langsung terperanjat, yang benar bik, bibi tau darimana? Aku terus meluncurkan pertanyaan karena apa yang ku dengar berbeda dengan sahabat ku tadi "ya dari bik Serly" sebelum kita pulang kan bibi tiitip pesan ma bik Serly untuk melihat hasil pengumuman kamu, katanya dia melihat nama mu ada di papan pengumuman alhamdulillah aku ucapkan syukur karena bisa lulus.

Setelah hasil kelulusan ku diumumkan aku mengalami permasalahan yang juga belum usai aku mau berangkat ke Medan tapi sekali lagi aku terbentur dengan biaya, aku kembali menangis karena aku tidak bisa melanjutkan kuliah di universitas yang ku impikan selama ini aku sangat sedih dan tak mampu membayangkan semua ini karena aku sudah bersusah payah belajar dengan sungguh-sungguh agar aku bisa melanjutkan kesana, ternyata ayah dan ibu tidak tinggal diam mereka tak ingin aku kecewa mereka meminjam uang dari keluarga dan mengumpulkan sedikit demi sedikit akhirnya uang itu terkumpul juga walaupun sindiran-sindiran yang selalu ku dengar dari tetangga dan sebagian keluarga " kalau nggak bisa dilanjutkan kesana ngapain di paksa entar putus di tengah jalan lagi" selentingan yang begitu tajam selalu terdengar di telinga tapi aku tak mau menyerah.

Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil yang memuaskan setiap niat yang baik yang kita inginkan pasti Allah akan meridhoi dan memberikan jalan. Jangan berpaling dariNya tetap meminta pertolongan tidak ada yang tidak mungkin jika Allah menghendaki segalanya. Akhirnya aku bisa lulus dari UNIMED dan bisa mengaplikasikan ilmu yang kudapat selama kuliah menjadi seorang guru salah satu sekolah di SMA N 3 Bukit sebagai guru Geografi di salah satu sekolah yang berada di kabupaten Bener Meriah.