Siswa Sekolah Kita Menulis
Menjadi mahasiswa kesehatan memang memiliki tantangannya sendiri, mulai dari tantangan stigma sosial, hingga tantangan dalam menjalani proses perkuliahan yang terasa lumayan berat,yang mana menjadi mahasiswa di kesehatan ini kerap hampir sama seperti “robot” dengan jadwal kuliah yang full dari senin sampai sabtu, pergi pagi pulang sore. Lain lagi harus mengikuti praktek dan tugas serta laporan lainnya. Sehingga kami kurang memiliki cukup waktu dalam menempa diri untuk bersosial dengan lingkungan setempat, banyak tidak mengenal mahasiswa antar jurusan dalam satu kampus bahkan ada sebagian besar mahasiswa tidak mengenal dosen di jurusan mereka atau staf kampus.
Saya juga sering bertanya kepada teman-teman saya mengenai hal yang saya rasakan terkait Problem yang saya rasakan, ternyata mereka juga merasakan hal yang demikian sama dengan yang saya rasakan. Bahkan lebih parahnya lagi, sebagian teman-taman kampus saya ada yang merasa lebih tertekan dari saya saat menjadi mahasiswa di Poltekkes Aceh. Tidak mengenal dosen menjadi hal yang wajar tidak hanya saat di awal perkuliahan bahkan mahasiswa tingkat akhir pun banyak yang tidak mengenal para dosen di jurusan mereka masing-masing.
Permasalahan saat menjadi mahasiswa pun tidak hanya berhenti diantara hubungan dosen dan mahasisiwa, namun problem mengenai lingkungan kampus kami pun menjadi suatu alasan saya dan teman-teman lainnya merasa kurang nyaman berkuliah di kampus Poltekkes Aceh. Mulai dari perkarangn kampus yang terasa tidak asri atau bisa dikatakan dalam katagori gersang, yang mana tidak menunjukan bentuk dari kampus kesehatan, hingga ke sarana dan prasarana kampus lainnya, seperti toilet kampus yang terbatas dan rusak, terbatasnya buku-buku di perpustakaan kampus, keterbatasan alat dan bahan laboraturium, yang mana kami masi banyak memakai alat-alat laboraturium yang manual, bahkan untuk kursi belajar saja kami harus berganti-gantian menggunakannya dengan kelas yang lainnya. Sehingga sangat sering kami harus mengangkat kursi dari ruang satu ke ruang lainya sebelum memulai pembelajaran.
Tidak hanya permasalahan tersebut, dikampus kami juga sedikit terasa seperti kampus mati, saya katakana seperti itu karena selama saya menjadi mahasiswa Poltekke Aceh bisa dikatakan hampir tidak pernah ada kegiatan kampus yang bisa membangun karakter mahasiswa Poltekkes Aceh. Selain kegiatan ulang tahun kampus yang dilakukan juga sekaligus untuk memilih duta Poltekkes Aceh, Popkes, seminar-seminar atau kuliah tamu.
Dari semua problem-problem yang saya lihat dan rasakan selama menjadi mahasiswa, saya merasakan ada suatu hal yang mengganjal dari kepemimpinan kampus kami. Saya merasakan banyak petinggi-petinggi kampus yang berpura-pura tidak melihat atau merasa tidak mau tau terhadap permasalah yang ada dikampus kami, bahkan saya merasa sebagian besar dari mereka tidak peduli bagaimana cara para mahasiswa bisa belajar dengan baik dan nyaman untuk dapat membentuk karakter mahasiswa kesehatan yang siap melayani masyarakat dengan ikhlas.
Dari sudut pandang saya yang hanya seorang mahasiswa, saya melihat sebagian besar petinggi-petinggi kampus lebih memperdulikan mengenai proyek-proyek kampus saja. Contohnya seperti pada saat penerimaan mahasiswa baru atau saat akan dilaksanakan acara wisuda maka petinggi-petinggi kampus yang terkait dengan hal tersebut akan selalu mengeluarkan surat-surat himbaun kepada para ketua jurusan atau pihak akademik untuk di sampaikan kepada mahasiswa agar dapat segera memenuhi himbaun tersebut.
Mencermati atas kejadian yang saya uraikan diatas sekilas saya memikirkan untuk adanya perubahan dari kampus Poltekkes Kemenkes Aceh. Yang mana menurut saya perlu ada jiwa pemimpin baru yang memiliki jiwa sosial tinggi, keterbukaan serta siap menerima segala aspirasi dari para mahasiswa. Sebagai mahasiswa saya juga sering menceritakan keluh kesah dan aspirasi saya, baik kepada beberapa dosen pengajar, staf kampus, salah seorang wakil direktur hingga direktur kampus sendiri. Dari komunikasi-komunikasi yang saya jalani selama ini, menurut saya bapak Teuku Iskandar Faisal atau kerap kami sapa dengan sebutan pak “TIF” yang mana saat ini beliau menjabat sebagai wakil direktur (wadir) 3 di Poltekkes Aceh mimiliki karakter yang baik untuk membawa perubahan kampus Poltekkes kedepannya.
Saya mengatakan hal ini karena saat saya berkominikasi atau berdiskusi dengan wadir 3 poltekkes Aceh saat ini terasa lebih terbuka, dan lebih leluasa dalam memberi kan pendapat, yang mana adanya feedback yang baik dari beliau, beliau juga selalu memberi pandangan-pandangan yang baik sesuai dengan perkembangan zaman, tak lupa memberikan motivasi dan semangat saat mengakhiri pembicaraan, berbeda dengan wadir 3 poltekkes aceh, saat berkomunikasi dengan yang lain nya sering sekali saya mendapatkan respon yang membuat saya jenuh untuk berkomunikasi, sehingga pikiran saya buntu saat ingin mengeluarkan pendapat. Jadi menurut saya alangkah baiknya apabila wadir 3 saat ini memiliki kesempatan untuk memimpin kampus poltekkes aceh untuk perubahan kampus yang lebih baik guna mencetak generasi kesehatan yang profesional.
Dari tulisan saya ini sedikit saya ingin menyampaikan harapan saya untuk para tokoh kampus agar tidak hanya memperhatikan hal-hal tersebut, namu juga memikirkan bagaiman cara membangun kampus kesehatan mejadi sehat. Sedikit keinginan saya untuk perubahan kampus ini yaitu hendaknya tokoh-tokoh kampus lebih memperhatikan hal-hal untuk membangun kampus, hal sederhananya seperti membangun jiwa sosial antara dosen dan mahasiswa, membangun perkarangan kampus yang nyaman serta memenuhi sarana dan prasaran kampus yang baik. Sehingga jika teciptanya hal tersebut para mahasiswa kampus bisa menjalani pembelajaran dengan nyaman.
Harapan saya untuk siapa pun yang memimpin kampus Poltekkes Aceh kedepannya dan siapa pun aktor-aktor yang menjadi petinggi kampus Poltekkes Aceh kedepannya dapat membawa perubahan untuk kampus yang lebih baik, tidak hanya lingkungan, sarana dan prasarana kampus saja yang di perbaiki namun, hendaknya bisa memberikan suatu sistem pendidikan untuk para mahasiswa agar tidak merasa seperti robot akan tetapi suatu sistemyang bisa menjadi generasi kesehatan yang professional dan selalu siap dalam menghadapi segala tantangan dan perubahan zaman seiring berjalannya waktu.