Notification

×

iklan dekstop

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Perjuangan si Yatim dalam Kandunganku

Rabu, 30 September 2020 | September 30, 2020 WIB Last Updated 2020-09-30T08:48:23Z



Oleh : Lasma Farida

Masuk empat bulan usiamu dalam rahimku. Ketika itu dia ayahmu jatuh sakit.

Kian hari tambah lemah 'tak bertenaga. Ekonomi juga sulit, corona tambah merajalela. Siaga kesehatan dengan protokol covid dijalani, bersama semangat ayahmu membara untuk pulih. Dia tegar berusaha ikhtiar untuk sembuh.

Dalam balutan sakitnya dia mengkhawatirkan kau, ananda kami yang masih dalam kandunganku. Setiap melihat kakakmu yang baru bisa merangkak air matanya tumpah ruah. Namun, apa daya dia tiada mampu bicara. Penyakit menggerogoti sekujur tubuhnya.

Kakakmu putri kecilku yang harus digendong bersamamu. Kita bersama merawat ayah, tiada terasa lelah kau baik-baik saja dalam alam rahimku. Tidak ada ngilu keluh dari gerakanmu. Dalam menemani ayahmu di rumah sakit itu, aku masih merasakan gerakanmu yang makin lincah. Begitu juga dengan kelincahan dan celoteh kakakmu yang masih belajar merangkak dan bicara itu. Semuanya merupakan kekuatanku dalam menjaga ayahmu. Kalian penyemangatku, kau dan dia kekuatanku untuk tetap hidup.

Menjelang lima bulan kau dalam kandunganku. Takdir Allah tiba. Suratan janji untuk ayah telah tiba. Batas usianya sampai. Ajal menjemputnya, tepat di waktu aku sangat membutuhkannya. kami harus berpisah. Aku tidak siap dengan takdir ini, tapi aku harus mengikhlaskan kepergiannya menghadap Sang Khalik. 

Keberadaanmu membuat aku kuat dan tegar. Aku merangkul kakakmu dengan linangan air mata yang kubendung sekuat tenaga agar tidak merembes ke wajah ini. Kita mengantarkan kepergian ayah sampai ke fardhu kifayah keempat.

Begitu banyak air mata dan doa yang mengiringi kepergian ayahmu menghadap-Nya. Aku tidak ingin kalian berdua lemah melarut dalam kesedihan, untuk itu aku berusaha kuat dan tegar melawan badai dalam mengandungmu dan membesarkannya.

Sama dengan ketika itu, saat aku membutuhkan wali untuk pernikahanku dengan ayahmu. Kakekmu juga dipanggil ke ribaan-Nya Sang Pencipta. Belum pulih luka duka kepergian ayahku, kini aku dihadapkan kepada kenyataan ini. Kita sama-sama yatim, Nak.

Aku kehilangan kata hanya mampu menangis dalam kegamangan jiwa raga. Melahirkanmu tanpa disambut oleh dia ayahmu. Kakakmu belajar berdiri tanpa ada penyangga untuk bersandar dan meraih tangannya kala tertatih jatuh. Tiada tempat aku mengadu selain kepada Dia yang Maha Pengasih dan mereka sanak keluarga.

Assalamualaikum putraku, inilah dunia itu. Selamat datang anakku. Kau ada di sini saat ayahmu sudah di sana. Alam rahim memisahkan kalian ketika itu. Alam dunia kini memisahkanmu dengan dia. Semua atas izin dan kehendak Allah SWT.

Kau dan kakakmu hamba pilihan-Nya. Sabarlah anakku, teladani Rasullah SAW yang juga yatim dalam kandungan. Putraku saat ini usiamu baru bilangan hari, bagaimana dingin dan panasnya alam dunia ini. Semoga semua dapat kau pahami. Jadilah pribadi seperti Rasullah, pedomani Al-Qur'an dan Hadis. Gapailah kebahagiaan dunia dan akhirat.

Maka dari itu putraku, kau kami beri nama Ahmad, begitu banyak doa dan harapanku kepadamu. Ada kakak perempuan bersamamu lindungi dia. Hanya kalian berdua hartaku yang ditinggalkan oleh dia ayahmu. 

Aku ibumu yang akan selalu ada untuk kalian berdua hingga ajalku tiba. Anakku, kelak kau dewasa akan paham dengan ganasnya dunia ini. Untuk itu rajinlah belajar dan beribadah. Bersama Al-Qur'an dan Hadis kau akan mengantar ayahmu ke surga-Nya. Semoga kita di akhirat kelak bersama di surga Allah SWT. Bismillah

BM-Lhok, 28092020

Curahan hati, yang diceritakan oleh seorang sahabat. Beliau ingin dinarasikan ke dalam puisi, setiap kata kurangkai dengan iringan air mata. Membayangkan tentang seorang wanita muda belia, berjiwa bak malaikat. Kasih sayang seorang ibu yang penuh cinta kasih abadi tiada tara. Aku hanya mampu mendeskripsikannya lewat prosais sederhana ini. Maaf, sobat hanya ini yang bisa kulukiskan lewat tulisan. 

Pict pantai, laut, langit, pohon dan matahari (Pantai Bali-Susoh) untuk wakili perasaanku untukmu ibu dan ine.