Di pagi yang indah, ayam berkokok disetiap paginya membangunkan orang – orang yang sedang tidur, untuk melakukan aktivitas pada pagi itu. Para ibu – ibu sibuk untuk mempersiapkan sarapan pagi. Saat itu bertepatan pada hari jum’at, akan tapi saya belum juga bangun dari tempat tidur tidak seperti biasanya. Tiba – tiba saya mendengar suara dan seperti ada yang menggerak – gerakkan tubuh saya. Saya terbangun, rupanya Ibu yang melakukan itu semua untuk membangunkan saya, karena mentari sudah tinggi menyinari alam semesta. sesudah itu Ibu berkata kepada saya, cepat bangun karena kamu dipanggil kakak.
Dengan malas saya bangun dari tempat tidur yang selalu setia menemani, jika saya memerlukannya. Setelah itu saya bangun dan langsung mencuci muka serta mengambil handuk untuk mengelap muka. Tanpa pamit saya pergi kerumah kakak untuk menemuinya, sesampai dirumahnya saya duduk disofa yang ada diruang tamu sambil menunggu kakak untuk menghampiri. Tak lama kemudian kakak itu datang dan langsung duduk dihadapan saya, dia langsung bertanya “ baru bangun ya “ dengan malas dan singkat saya jawab “ ya “. Sesudah itu dia langsung berbicara dengan serius. Jadi, bagaimana dengan keputusan kamu untuk melanjutkan pendidikan, saya hanya diam seribu bahasa, tanpa sepatah kata pun keluar dari muut saya dan saya hanya menunduk.
Kemudian kakak melanjutkan pembicaraannya, “ semalam bapak datang kesini dan dia berkata, kamu itu harus kuliah di Banda Aceh, jika kamu kuliah bapak akan lebih semangat bekerja dan bapak sangat berharap kamu itu kuliah di Banda Aceh. Bapak minta tolong kepada kakak supaya kakak membantu kamu untuk kuliah di Banda Aceh “. Setelah itu kakak meminta pendapat saya. Saya tidak bisa komentar banyak, dan saya akan tetap dengan keputusan yang telah bulat. Saya tidak mau kuliah di Banda Aceh yang saya inginkan hanya di Medan jika orang tua saya tidak mampu untuk memberi belanja, saya nyambung kuliah di Takengon asal tidak di Banda Aceh
Akhirnya kakak memberikan nasehat sampai – sampai mengalir setitik air mata, ini adalah kali pertama saya meneteskan air mata saat mendengarkan sebuah nasehat. Entah bagaimana saya tidak tahu akhirnya saya setuju dengan keinginan orang tua saya untuk melanjutkan kuliah di Banda Aceh dengan perasaan yang selalu di buru dan di hantui ketidak ikhlkasan. Singkat cerita kakak memberi tahu keputusan yang telah saya simpulkan kepada orang tua saya, yang menurut mereka merupakan sebuah kabar yang sangat sangat menggembirakan, tetapi menurut saya merupakan sebuah luka yang sangat berbekas.
Dan pada saat itu juga saya di suruh kerumah sekolah untuk mengurus ijazah sementara, beliau memberikan uang dan sepeda motor. Tanpa fikr panjang saya langsung pergi klesekolah untuk mengurus ijazah sementara. Setelah beberapa saat berlalu ijazah sementa sudah selesai, dan pada saat itu juga kakak langsung menelfon untuk menanyakan apakah ijazah sudah selesai, jika sudah pada hari itu juga saya akan berangkat ke ibi kota provinsi Aceh dan meninggalkan kampung halaman...)
Setelah selesai mengurus ijazah saya langsung pulang kerumah, sesampai dirumah saya sangat terkejut karena barang – barang sudah di bungkus dan saya siap untuk berangkat, hanya tinggal menunggu mobil untuk menjemput saya. Beberapa saat kemudian sebuah mobil L300 berhenti di depan rumah, itu adalah mobil untuk membawa saya ke Banda Aceh. Akhirnya dengan berat hati saya berpamitan kepada orang tua dan orang – orang yang ada di situ. Ibu saya hanya berpesan sangat singkat “ jangan main – main belajar ya nak “ baru kali ini ssaya mendengar dari mulut Ibu saya kata – kata “NAK” sampai – sampai saya meneteskan air mata mendengar kata – kata yang di ucapkan dari mulut seorang ibu kepada anak nya...)
Setelah itu saya naik ke mobil yang telah menunggu, dan perlahan – lahan mobil itu berjalan meninggalkan rumah yang sederhana , sampai tidak terlihat lagi.dan pada saat saya melangkah menuju kesuksesan yang masih belum pasti akan kebahagiaan. Dan apakah saya menerima dengan ikhlas atau tidak, dan untuk siapakah saya berjuang saat ini?.