Oleh: Putry Anindita Maulana
Berapa pun langsung harus dikasih. seiring waktu berjalan, aktivitasku hanya sekolah, ngaji, belajar, makan kemudian tidur . Wah , rasanya enak sekali
Mengarungi hidup didalam pesantren masa kecilku. Satu hari , dua hari, dan seterusnya aku menanti kedatangan ayah serta uang 150 Ribu.
" sudah hari minggu nih, tapi ayah nggak datang-datang."
Rasa sedihku mulai berkecamuk dalam hati.
"mungkin masih sibuk, tunggu aja sampai jam 4 sore,"
kata uztazahku,
Tetapi hari semakin malam, beliau tak kunjung datang. Bel pintu depan gerbang pesantren juga tak berbunyi sedari tadi. Sedihku kian memuncak, apalagi uang ku tinggal sisa beberapa lembar saja. aku hanya bisa meratap sedih dengan air mata manjaku.
Awalnya aku mengira , ayah menyuruhku masuk pesantren hanya karena dia tak menyayangiku, begitu polosnya aku, setelah beberapa hari, aku sadar dengan uang tinggal beberapa lembar harus puasa dan hemat . ya, mulai dari sinilah aku belajar mandiri . Ayah mengajari ku hidup mandiri ,tak bergantung pada orang lain.