Notification

×

iklan dekstop

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Rindu Masa Kecil Anak Meri

Minggu, 30 Agustus 2020 | Agustus 30, 2020 WIB Last Updated 2020-08-30T01:35:56Z


Oleh : Alfin Aska

Ri ...ri ...ri ... Suara bocah kecil memanggil si cantik berbulu kuning keemasan. Ada sepuluh, berjalan beriring lucu sekali.

"Mak, Merinya Adek bawa kekali ya?"

Tak ada sahutan dari dalam rumah, mungkin sang Ibu tidak mendengar teriakan si anak. Dengan riangnya bocah perempuan kecil itu berangkat menuju kali di belakang rumah dekat sawah Pak lurah.

Anak meri di giring masuk kedalam kali yang mengalir agak deras, membuat mahluk warna kuning itu kesusahan berenang karena sayapnya masih terlalu kecil.

Kesepuluh anak meri berenang centang perenang melawan arus kali, tapi sayang tubuhnya yang kecil terpaksa harus merelakan dirinya untuk hanyut bersama air kali menuju muara yang jauh, selamatkah mereka?

Bocah perempuan itu berlari pulang ke rumah memanggil-manggil ibunya dari halaman tapi sang Ibu tak kunjung datang.

Masuk dia ke dalam rumah, teriak lagi. Terdengar bunyi  gaduh di dapur, ternyata ibunya sedang mencuci perabot dapur setelah selesai memasak.

"Mak, merinya hanyut di kali?" adu si bocah dengan napas terengah-engah.

"Ada apa toh donk? ngomong yang benar. Ngos-ngosan gitu!"

Si bocah menarik napas kemudian melanjutkan bicaranya.

"Anu, Mak. Merinya masuk kekali semua, terus hanyut semua, gimana ini Mak?"

Gadis kecil, yang lugu itu mulai terisak. Menyesali apa yang telah dilakukannya.

"Ya, udah nggak usah nangis! Biar nanti Kakangmu yang nyariin di kali."

"Mak, kasian merinya kalo dibiarin, ayo kita aja yang ngambil anak meri itu.
Gadis kecil itu, terus  merengek pada ibunya, untuk mendapatkan kembali meri yang hanyut di kali itu.

Akhirnya, dengan susah payah sang Ibu dan gadis kecil itu berlarian kecil di pinggir kali, mencari anak meri yang hanyut.

Sampai di pinggir sawah milik Pak lurah, bertemu dengan Mang Karman yang sedang membersihkan patal sawah.

"Mang Karman, ada liat anak meri yang hanyut di kali, nggak?"

"Wah, ndak liat Buk?" jawab si Namang lugu.

Gadis kecil, yang kakinya belepotan lumpur itu mulai gelisah antara rasa sayang dan rasa takut. Sayang dengan anak merinya, dan takut pada ibunya.

"Mak, gimana ini?" si bocah gadis mulai gemetar suaranya.

Selang beberapa menit, terdengar teriakan dari kejauhan. Seorang bocah laki-laki membawa keranjang ada sesuatu di dalamnya.

"Mak, Andi nemu anak meri di kali lapan ekor, Mak. "

"Horee ... Anak merinya ketemu, yang dua lagi mana Di?

Andi, yang ditanya mengeryitkan dahinya. Seolah bertanya memang ini milikmu?

"Mak, anak merinya dah ketemu, makasih ya Di?" sorakku dengan riang.

"Enak aja, orang aku yang nemu di kali kok!" kilah Andi, bocah laki-laki itu membela diri.

"Mak ... Andi jahat! diambinya meriku?" rengek si bocah gadis itu.

"Sudah, jangan rebutan." sahut Ibu.

"Andi, anak meri yang kamu bawa ini punya Emak. Tadi di bawa kekali tapi hanyut, tadi jumlahnya sepuluh, sekarang tinggal delapan berarti dua lagi hilang."

Jelas Emak panjang lebar, yang membuat wajah bocah laki-laki itu tambah bingung, jadi lucu liatnya.

***

Menikmati aroma suasana pagi, di kampung halaman mengigatkan aku akan banyak hal, tentang kenangan masa kecil yang begitu lucu,seru, bahkan memalukan.

Lamunanku dikejutkan oleh suara lembut dibelakang pundakku, membelai punggung tanganku dengan indahnya.

"Mengenang masa kecil yang indah, kah?" tanya lelaki itu.

"Iya, mengenang, bocah laki-laki kecil, nakal yang menangkap anak meriku dari kali."

"Sekarang, bukan hanya anak meri yang yang aku tangkap, tapi pemiliknya pun dapat aku dekap," jawabnya.

Lelakiku itu mengeratkan pelukanya, sambil tertawa lucu. Andi kecil, teman yang selalu membuatku menangis itu, yang mengambil meriku itu, kini jadi suamiku.

Lelaki yang mencintaiku dengan caranya, meminang tanpa diminta. Dengan satu kalimat tanpa dapat dielakan "Aku mencintaimu dari dulu, ketika wajahmu masih mirip meri cantik warna kuning itu."

Cara yang nggak lazim dilakukan, tapi dia lakukan. Ternyata dia mencuri anak meriku dan juga hatiku sekaligus.

"Ada, anak bebek Mas! Ri ... Ri ... Ri...."

Tawaku dan Mas Andi berderai bebas di kampung halamanku.

Bener Meriah 30/08/2020