Notification

×

iklan dekstop

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Petualangan Dadakan Bersama Sigani Merah

Sabtu, 29 Agustus 2020 | Agustus 29, 2020 WIB Last Updated 2020-08-29T14:41:03Z



Oleh Saadatul Abadiah
Generasi Baru Indonesia Aceh (GenBI Aceh)

Sabtu pagi saya dan keluarga berencana pergi untuk menjelajah sejumlah pohon jamblang yang tumbuh subur di kawasan pegunungan Aceh Besar.  Namun weekend tersebut kurang lengkap apabila kami pergi dengan tangan kosong tanpa bekal persediaan. Jarum jam masih berada diangka 07:15, tanpa pikir panjang saya bergegas mengendarai sepeda motor pergi kepasar untuk belanja bahan lauk teman makan nasi. Kebetulan jarak rumah saya dengan pasar tidak jauh, hanya memakan waktu lima menit perjalanan akan sampai disana. 

Namanya juga dadakan, ya masakpun dadakan juga hehe. Setelah membeli telur dan  kerupuk kulit sayapun segera bergegas pulang. Sampainya saya dirumah, saya langsung menyerahkan belanjaan sederhana itu kepada kakak sepupu untuk dimasak. Karena tugas saya sudah selesai, sayapun pergi untuk bersiap-siap. Setelah berpacu dengan waktu, akhirnya semuanyapun selesai juga dan Jarum jam masih bersahabat. Sekira pukul Sembilan kami sekeluarga semua berangkat dari rumah bersama dengan Gani.

Gani adalah sebutan untuk mobil yang namanya diambil dari flm Tyo The Little Bus. Karena warnanya merah dan bentuknya persis seperti di flm tersebut, diberilah nama Gani oleh keponakan saya Fauzan yang gemar menonton Tyo The Little Bus itu.Saya tinggal di Grong-Grong Kabupaten Pidie nah untuk menuju kawasan Aceh Besar tidaklah lama. Sebenarnya jika kami pergi lewat jalan Band Aceh-Medan untuk sampai Aceh Besar hanya memakan waktu tiga jam saja. Tapi karena kami ingin perjalan ini mengesankan kami pergi lewat jalan Laweung.

Laweung adalah sebuah nama kampung didaerah Pidie. Melalui jalan kampung Laweung bisa terakses tembus ke Aceh Besar bahkan sampai ke Banda Aceh dan ini menjadi  rute indah Pidie-Banda Aceh.Awal perjalanan kami melewati banyak perkampungan, sawah bahkan tambak. Perjalanan ini tidak mudah, Jalan sepanjang kampung Laweung yang belum maksimal membuat Gani harus masuk kelobang dan membuat tubuh kami terombang ambing kekiri dan kenanan. Bunda saya yang memiliki mental lemah sesekali berteriak akibat goncangan karena ban Gani terperosok lobang. “mumat beukong [pegangan yang kuat], ” seru Fauzan yang tengah sibuk mengambil permen disaku bajunya. 

Ditengah perjalanan, kami melihat  semangka yang dijajakan tepat diipinggir sawah. Kamipun memutuskan untuk berhenti dan membelinya. 
“wak berapa satu semangka,” tanya Bg Adin yang membawa laju Gani. “ satu Rp 15 ribu,” jawab wawak itu memperjelas. Setelah tanya jawab beberapa pertanyaan seperti orang ikut wawancara Bg Adinpun mengambil empat buah semangka dan pergi beranjak dari tempat jualan wawak tersebut.

Perjalanan kembali dimulai, hembusan angin masuk lewat celah-celah jendela Gani. Sambil menikmati semangka yang tadi kami beli membuat petualangan ini semakin mengasyikkan. Setelah cukup pegal akibat goncangan dan kenyang oleh air semangka akhirnya kami memasuki kawasan Kale. Dimana detik-detik yang ditunggu hampir tiba.Sepanjang jalan Kale sampai kedepan kami disuguhkan oleh pemandangan yang begitu indah. Sungguh ciptaan Tuhan yang begitu menakjubkan. Kami dihimpit oleh gunung dan laut  dan sepanjang perjalanan berjejeran pohon jamblang yang tumbuh subur. 

Namun kami tidak boleh berhenti dan memetiknya sembarangan. Kami harus memastikan bahwa pohon jamblang yang kami panen tidak bertuan alias tumbuh sendiri dirimba tuhan yang luas ini. Tidak jarang kami juga menemukan banyak orang yang menjajakan hasil panen Jamblang mereka dipinggir jalan. Mulai dari orang dewasa , orang tua bahkan anak-anak turut menenteng kresek Jamblang miliknya. Saat musim Jamblang seperti ini memang banyak orang berdatangan kesini untuk memetik Jamblang. Moment ini banyak dimanfaatkan masyarakat untuk berlibur melepas penat setelah disibukkan oleh berbagai pekerjan dan  rutinitas keseharian.

Mata kami sibuk mencari pohon yang tepat untuk kami singgahi. Setelah melewati banyak pohon akhirnya kami ketemu salah satu pohon yang memang jauh dari perkampungan warga dan memang tidak ada pemiliknya jadi siapa saja berhak mengambil Jamblangnya dan kamipun memutuskan untuk memarkirkan Gani. 

Sungguh terbayar sudah, pucuk dicinta ulanpun tiba. Tanpa berlama-lama kami segera bergegas turun dari dalam Gani. Kebetulan pohon Jamblang yang kami singgahi ini tidak tinggi dan kami bisa memetiknya dengan sangat enak tanpa harus manjat keatas. 

Sambil memilah milih Jamblang dipohon sesekali kami mencoba mencicipi hasil petikan kami itu. Menikmati buah Jamblang langsung dibawah pohonya rasanya begitu nikmat. Ditambah pemandangan dari bukit yang indah dan hempasan angin alam membuat petualangan kami semakin sempurna saja sampai kami tidak sadar bahwa kresek yang lumayan besar dijinjing oleh Fauzan sudah hampir penuh. 
Kami berada tepat dikawasan Aceh Besar. Perjalanan kami sedikit lagi hampir sampai kesalah satu tempat wisata alam yang berada disana , yaitu pantai pasir putih, Lamreh, Krueng Raya. Perud kami tidak cukup dengan asupan semangka dan jamblang saja oleh karena itu setelah kami merasa cukup jamblang yang kami panen itu, kami melanjutkan lagi perjalanan menuju pantai untuk beristirahat dan makan bekal persediaan yang kami bawa. Inilah petualangan menjemput jamblang bersama Gani sipekerja keras, ramah tamah dan pemalu. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan.