Oleh : Aulia Prasetya
Presiden Mahasiswa USM/
Mahasiswa Asal Sabang
Presiden Jokowi meminta rakyat agar bisa "berdamai" dengan virus Corona. Jagad maya langsung marah. Ucapan presiden itu dinilai perlambang pemerintah sudah "menyerah".
Apa memang begitu pemaknaannya? Presiden dan Tuhan saja yang tahu. Hanya saja saya menduga, ini cuma masalah pilihan diksi.
Jika dilihat keseluruhan pernyataannya, mungkin yang dimaksud Jokowi bukan "berdamai" tapi lebih tepatnya "beradaptasi". Karena vaksin virus corona ini belum ditemukan dan entah kapan ditemukannya, maka masyarakat harus mampu beradaptasi dengan kondisi dimana virus ini ada dimana-mana. Kita mengenalnya dengan sebutan New normal.
Berbeda dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim meminta setiap mahasiswa dari seluruh perguruan tinggi untuk tetap melanjutkan kegiatan belajar mengajar (KBM) dari rumah secara daring.
Sementara itu, Nadiem juga telah menetapkan sekolah yang masuk dalam kawasan zona merah, orange, dan kuning belum diperbolehkan untuk melakukan KBM secara tatap muka.
Pembelajaran jarak jauh/daring yang telah diberlakukan beberapa bulan terakhir yang sebagian besar memanfaatkan teknologi ( proses daring), sudah memberikan gambaran dan dapat dijadikan tolak ukur penyelenggaraan pendidikan ke depan, khususnya selama pandemi corona.
Sementara jika pembelajaran jarak jauh dapat dilakukan pun tetap saja akan sangat mempengaruhi kualitas pendidikan.
Jika tahun ajaran baru kali ini benar-benar menerapkan pembelajaran jarak jauh maka kita tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi dengan siswa-siswa baru di sekolah yang baru dengan guru baru dalam suasana interaksi yang baru pula.
Bicara tentang pendidikan maka kita sedang bicara tentang investasi masa depan peradaban negeri ini, berbicara tentang segala sumber investasi yang ada. Pemerintah dan seluruh pihak harus bersegera benar-benar memikirkan tentang apa dan bagaimana proses pendidikan anak-anak kita ini akan dibangun dan dikontruksi di masa pandemi, jangan kalah oleh anggapan pentingnya ekonomi. Harus segera ada langkah tegas dan jelas agar tragedi virus corona tidak disusul oleh tragedi intelektual dan peradaban
Sayangnya, faktor utama dalam penularan virus corona bukan di Pendidikan, Tapi kelirunya pemerintah pusat maupun provinsi dalam mengambil kebijakan yang mana masih mengizinkan operasinya tatap muka di tempat-tempat seperti Mall, Tempat Wisata, bandara Dan Tempat keramaian lainnya.
Jangan jadikan Pendidikan ajang politik kepentingan oknum tertentu.
New Normal kata pemerintah ? Jika pemerintah ingin "menormalkan" kehidupan di tengah pandemi maka jangan daringkan Pendidikan.