Oleh : Alfin Aska
Pernah mengenal sosokmu, dengan segala pesona yang ada. Sopan santun dan lemah lembut sikapmu. Adalah hal terindah dalam hidupku. Semua yang kita lakukan adalah cinta, sampai aku lupa kapan terakhir bersama. Aku mencintai tatapan mata indah itu. Sampai tak mampu berpaling darimu.
Entah kapan awal dan entah kapan akhir. Hari yang membersamai kita hilang. Pergi dan membawa semua kenangan yang pernah ada, semua itu adalah luka bagiku. Mungkin tidak bagimu. Seharusnya bila ada cinta di antara kita, mengapa kau berdusta. Pergi menghindar dan menghilang.
Sudahlah, pergi saja. Aku pasti akan lupa bila kita pernah bersama. Akan ada orang lain yang datang padaku suatu hari nanti, mengganti pergimu yang tak kembali, bibirku ucapkan itu, coba kau raba hatiku. Sehancur apakah bentuknya, tapi jangan risau. Jika aku jatuh pun kau pasti akan baik-baik saja.
Ketika embusan napasku di udara, burung gereja pun bawa berita. Kini kau telah tiada tinggalkan dunia untuk selamanya. Lalu inikah jawabmu atas semua tanyaku? Apakah ini bukti dari rasa sayangmu padaku? Kau terlalu takut untuk mengakui sakitmu, terlalu munafik untuk berkata aku butuh dirimu. Seharusnya kau yang bilang jangan tinggalkan aku? Bukan aku.
Taburan bunga kenanga kesayangan kita, yang terakhir dari tanganku. Sebab esok atau nanti aku juga akan pergi. Seandainya kita lalui ini bersama, mungkin hari ini kita masih berdua. Atau mungkin hari ini kita sama-sama telah tiada. Selamat jalan kenangaku, entah di pintu yang mana kita akan bertemu, di ujung penantianku, aku mencintaimu.
Bener Meriah, 31/08/2020