Notification

×

iklan dekstop

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

MEMAHAMI SEJARAH DAN DALIL KURBAN

Selasa, 21 Juli 2020 | Juli 21, 2020 WIB Last Updated 2020-07-21T05:23:27Z

Oleh Johansyah*

Dalam pembahasan kali ini saya akan coba mengurai sisi sejarah dan beberapa dalil al-Qur’an maupun hadits untuk menambah pengetahuan kita tentang kurban. Secara umum sejarah ini saya rangkum dari buku Muhammad Husen al Thosy, Mengikuti Jejak Para Nabi, Terj. Hafiz Fahmi, yang diterbitkan oleh Gema Insani Press Jakarta.

Al-Qur’an mengisahkan Habil dan Qabil sebagaimana diriwayatkan Qurtubi  bahwa saudara kembar perempuan Qabil yang lahir bersamanya bernama Iqlimiya sangat cantik, sedangkan saudara kembar perempuan Habil bernama Layudza tidak begitu cantik. Dalam ajaran nabi Adam dianjurkan mengawinkan saudara kandung perempuan mendapatkan saudara lak-laki dari lain ibu. 

Timbullah rasa dengki di hati Qabil terhadap Habil, sehingga ia menolak untuk melakukan pernikahan itu dan berharap bisa menikahi saudari kembarnya yang cantik. Lalu mereka sepakat untuk mempersembahkan kurban kepada Allah, siapa yang diterima kurbannya itulah yang akan diambil pendapatnya dan dialah yang benar di sisi Allah. Qabil mempersembahkan seikat buah-buahan dan habil mempersembahkan seekor domba, lalu Allah menerima kurban Habil. 

Peristiwa berkurban paling fenomenal dibuktikan oleh Bapak Tauhid, Khalilullah, Nabi Ibrahim. Ibrahim yang menanti seorang putra sejak lama itu diperintahkan Allah swt untuk menyembelih putra semata wayangnya, Isma’il alaihissalam. Ujian berat menyergapnya, antara melaksanakan perintah Allah swt atau membiarkan hidup putranya dengan tidak melaksanakan perintah Allah swt, toh putranya nanti akan melanjutkan perjuangan bapaknya. Alasan ini kelihatan begitu rasional. Bisa menjadi pembelaan diri dan pembenaran pilihan.

Ibrahim sudah teruji ketaatannya kepada Allah SWT, sehingga tidak ragu melaksanakan perintah-Nya. Perintah itu dikomunikasikan dengan putranya Isma’il. Betapa bangganya sang ayah yang mendengar ketegasan putranya, “Wahai Ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Engkau akan menemukan diriku termasuk orang yang penyabar.”

  Persembahan suci dengan menyembelih atau mengorbankan manusia juga dikenal peradaban Arab sebelum Islam. Disebutkan dalam sejarah bahwa Abdul Mutalib, kakek Rasulullah SAW, pernah bernadzar kalau diberi karunia 10 anak laki-laki maka akan menyembelih satu sebagai kurban. Lalu jatuhlah undian kepada Abdullah, ayah Rasulullah SAW. Mendengar itu kaum Quraish melarangnya agar tidak diikuti generasi setelah mereka, akhirnya Abdul Mutalib sepakat untuk menebusnya dengan 100 ekor onta. Karena kisah ini pernah suatu hari seorang badui memanggil Rasulullah “Hai anak dua orang sembelihan” beliau hanya tersenyum, dua orang sembelihan itu adalah Ismail dan Abdullah bin Abdul Mutalib.

Begitu juga persembahan manusia ini dikenal oleh tradisi agama pada masa Mesir kuno,  India, Cina, Irak dan lainnya. Kaum Yahudi juga mengenal kurban manusia hingga Masa Perpecahan. Kemudian lama-kelamaan kurban manusia diganti dengan kurban hewan atau barang berharga lainnya. Dalam sejarah Yahudi, mereka mengganti kurban dari menusia menjadi sebagian anggota tubuh manusia, yaitu dengan hitan. Kitab injil penuh dengan cerita kurban.

, Penyaliban Isa menurut umat Nasrani merupakan salah satu kurban teragung. Umat Katolik juga mengenal kurban hingga sekarang berupa kepingan tepung suci. Pada masa jahilyah Arab, kaum Arab mempersembahkan lembu dan unta ke Ka’bah sebagai kurban untuk Tuhan mereka.  

Menyimak perjalanan para nabi, sepertinya Allah SWT menjadikan perintah berkurban ini sebagai media untuk menguji kehebatan iman dan takwa seorang hamba. Selain itu dari, petikan kisah di atas kita memahami bahwa semua agama dan umat diperintahkan untuk melaksanakan ibadah kurban. Hanya saja dalam tata laksana dan jenis kurban terdapat perbedaan.

Sisi penting lain dari sejarah kurban ini memberi isyarat kepada hamba Allah SWT bahwa ada satu pintu gerbang yang dapat mengantarkan kita untuk dekat kepada-Nya yaitu dengan membuka gerbang tersebut yang diimplementasikan melalui satu ibadah yaitu kurban, menyembelih hewan kurban dengan penuh keihklasan dan membagikan dagingnya kepada mereka yang dianggap miskin, kurang mampu. Sementara yang diinginkan oleh Allah SWT bukanlah daging dan darahnya, akan tetapi sikap yang tulus dan ikhlas melaksanakan perintah-Nya sebagaimana Habil maupun Nabi Ibrahim. 

Dalil-dalil
Adapun dalil-dalil al Qur’an tentang perintah ibadah kurban antara lain adalah dalam surah al-Kautsar: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah”.  Ayat ini boleh dijadikan dalil disunnahkannya kurban dengan asumsi bahwa ayat tersebut madaniyyah, karena ibadah kurban mulai diberlakukan setelah beliau hijrah ke Madinah.  

Pada surat al hajj ayat 37 Allah berfirman: Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah Telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

Ibadah kurban hukumnya sunnah muakadah (sangat dianjurkan) bagi mereka yang mampu secara materi. Ini seperti dijelaskan oleh Rasulullah SAW: "Barang siapa memiliki kelapangan rizki (keuangan), lalu ia tidak berkurban, maka janganlah ia datang ke tempat shalat kami," (HR.Ahmad). Rasulullah SAW telah bersabda kepada anaknya, Fatimah, ketika beliau ingin menyembelih hewan kurban: ”Fatimah, berdirilah dan saksikan hewan sembelihanmu itu. Sesungguhnya kamu diampuni pada saat awal tetesan darah itu dari dosa−dosa yang kamu lakukan. Dan bacalah : Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah SWT, Rabb alam semesta. (HR. Abu Daud dan At−Tirmizi). 

Dalam hadits lain disebutkan; “Tidak ada suatu amalan yang paling dicintai Allah dari Bani Adam ketika hari raya Idul Adha selain menyembelih hewan kurban”. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan hakim). Hadits selanjutnya: “Sesungguhnya hewan kurban itu akan datang pada hari kiamat (sebagai saksi) dengan tanduk, bulu, dan kukunya. Dan sesungguhnya darah hewan kurban telah terletak disuatu tempat disisi Allah sebelum mengalir ditanah. Karena itu, bahagiakan dirimu dengannya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan hakim). Sabda Rasulullah SAW yang lain; "Pada tiap−tiap lembar bulunya itu kita memperoleh satu kebaikan". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). 

Kutipan beberapa ayat dan hadits di atas mengandung beberapa nilai substansial; Pertama, pengampunan dari Allah, Kedua, adalah keridhaan Allah, Ketiga, ibadah kurban merupakan amalan yang paling dicintai Allah pada hari Raya Idul Adha, Keempat, hewan kurban sebagai saksi di hari kiamat, Kelima, mendapatkan pahala yang besar.

**Kasi Dakwah dan Syi’ar Pada Dinas Syari’at Islam dan Pendidikan Dayah Kabupaten Aceh Tengah.