Notification

×

iklan dekstop

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ine dan Laptopnya

Kamis, 09 Juli 2020 | Juli 09, 2020 WIB Last Updated 2020-07-09T04:43:39Z

Oleh: Fahmul Haqqi

Suara mesin printer berbunyi dari meja kerja wanita yang melahirkanku, kami anak-anaknya memanggil beliau dengan sebutan Ine. Ine merupakan sebutan untuk Ibu di Suku Gayo Provinsi Aceh. Saat terbangun dari tidur, seperti biasanya, lagi-lagi melihat Ine sampai larut malam masih berada di depan laptop.

Entah sudah berapa kali aku terbangun, tetap saja mendapatkan posisi Ine sedang larut dengan pekerjaannya itu, terkadang aku mendapati Ine sedang menyetrika baju, menjahit baju yang robek atau lepas kancingannya, mengaduk adonan kue, salat malam, membaca buku dan membaca Al-Qur’an. “Aku tidak tahu kapan Ine tertidur dan kapan Ine terbangun untuk mengetik, membaca, beribadah, mengurus kebutuhan kami, dan membereskan rumah. Apa waktu 24 jam itu tidak cukup untuk seorang Ine dan orang dewasa lainnya?” gumam dan tanyaku dalam hati sambil memeluk Ine, air mataku menetes, tapi segera kusapu air mata dengan kerah baju tidurku.

Ine melihatku. “Owen, tidur lagi ya Sayang! Kerjaan Ine hampir selesai,” ucap Ine dengan mengenggam kedua tanganku.

“Maafkan Adek Ne, tiap malam asal terbangun tidur dari kamarku selalu pindah ke kamar Ine,” kataku manja.

“Tidak apa Nak, tidur lagi!” pintanya sembari merapikan tempat tidur dan menyelimutiku

Tertidur dan ketika terbangun, mendapati Ine sedang menyiapkan sarapan pagi untuk aku dan Kak Elan. Aku segera mengambil wudhu dan menjalankan salat subuh, ganti pakaian dan bersiap untuk menuju sekolah.

“Mari kita sarapan!” ajak Ine

“Kami rindu Ama, kapan Ama pulang Ne?” tanya Kak Elan setelah sarapan

“Liburan semester ini kita ke tempat Ama, Ayah kalian juga merindukanmu dan Owen. Maka dari itu persiapkan dengan matang untuk menjalankan ujian semester! Sekolah SMA ujian online, jadi gunakan Androidmu dengan sebaik-baiknya terutama untuk aplikasi belajar!” jawab Ine disertai dengan nasehatnya

“Iya Ineku, Kakak pamit ke sekolah ya Ne,” ucap Kak Elan dan menghujani Ine dengan ciumannya.

“Sudah, nanti bedak Ine luntur, lipstiknya memudar. Ini bekal makan siangnya, harap dimakan tanpa sisa, tapi jangan dimakan tempatnya!” canda Ine dengan cerewet khasnya.

”Hati-hati di jalan dan siap sekolah Kakak segera pulang. Ine ada rapat, kemungkinan Ine pulang sore. Tolong bantu Ine urus Owen pulang ngaji!” pinta Ine sembari membelai rambutku dan mengusap hijab kakak.

“Yuk, Owen kita berangkat. Sekarang sudah jam tujuh pagi Ine harus pinger print,” ucap Ine sembari merapikan jaket tebalku dan memakaikan topi berbahan wol ke kepalaku

Aku menggangguk dan segera masukan bekal makan siang dan pakaian mengaji ke bagasi kendaraan roda dua yang selalu dipergunakan untuk menuju sekolah kami yang jauh, kulirik jam tangan, butuh waktu sekitar 20 sampai 30 menit. Sepanjang perjalanan aku merasakan kasih sayang Ine yang sangat besar. Untuk melindungiku dan keamanan perjalanan kami, Ine mengendarai sepeda motor dengan hati-hati dan fokus. Menuju ke sekolah, kami harus melewati bukit, jurang, jalan berlubang, tikungan tajam, kabut, dan udara dingin. Konon lagi hujan dan angin, aduh... semacam uji andrenalin deh. Aku sudah enam tahun ikut Ine ke sekolahnya, dari PAUD hingga kini sudah kelas 3 MIN.

Masih kuingat waktu itu, Ine mengendongku dengan kain panjang dan menyelimutiku dengan mantel tebal terus Ine mengendarai jagoannya honda Scoopy Merah Silver. Ketika sudah TK, aku duduk di belakang, Ine mengikatku dengan kain itu ke pinggangnya. Katanya, “Agar Adek tidak terjatuh, perjalan kita jauh Nak. Kalau ngantuk kasih tahu sama Ine!”

Agar aku merasa nyaman, ketika diperjalanan tidak jarang Ine menggantikan rok dinasnya dengan celana olah raga. Kebetulan sekolahku dengan tempat tugas Ine berada satu lokasi, hanya beda sekolah. Ine mengajar kakak-kakak di sekolah MTsN, Amaku sekarang sedang menuntut ilmu tempatnya sangat jauh sekali. Kata Ine, “Tidak bisa ditempuh dengan jalan kaki atau berkereta apalagi bersepeda. Untuk sampai ke sana kita harus menabung.”

Tidak terasa aku sudah di sekolah dan bel berbunyi tanda pulang. Aku segera ke sekolah Ine untuk makan siang dan salat zuhur berjamaah. Hari ini, aku ganti baju sekolah dengan baju mengaji di sekolah, dari sekolah aku diantar Ine ke TPA tempat mengaji.

“Sayang! Ine ada rapat, maafkan Ine ya nanti Adek dijemput sama Kak Elan. Tolong jangan jajan sembarangan dan di rumah jangan main yang berbahaya, kalau mau menonton pastikan tangannya kering baru hidupkan TV!” nasehatnya dan membelai rambutku serta memasang peci ke kepalaku.

Pada suatu hari, setelah ujian semester, kakakku masuk Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bener Meriah. Malam itu, baru pertama kalinya aku melihat Ine menangis. Aku dalam pangkuannya, dia menangis hingga air matanya merembes ke pipiku, kami berada atas sal duduk di sisi Kak Elan yang terbaring tidak berdaya karena demam tinggi. Ine menjaga dan merawat Kakak, kami tidak bisa sekolah sebagaimana biasanya. Aku membantu Ine menjaga Kakak, aku perhatikan Ine, ketika Kakak tertidur dan keadaan aman, di bawa sal dengan cahaya remang-remang Ine perlahan mengambil laptopnya, Ine kembali dengan tuts abjab.

Aku melihat ketikan Ine, sungguh suatu pekerjaan yang belum mampu kukerjakan. “Andaikan laptop Ine tidak lelet dan aku bisa membantu Ine mengetik, pasti pekerjaan Ine bisa ringan,” Gumamku ketika itu.

“Kenapa Ine jarang istirahat? Nanti Ine sakit, siapa yang akan merawat kami?” tanyaku kepadanya. Air mata Ine mengalir deras, dia memelukiku. “Ine istirahat Nak, hanya saja jam istirahat dan cara Ine istirahat terkadang berbeda dengan orang pada umumnya Anakku. In Syaa Allah kita sehat Sayang.” Ine meneguk sebotol air mineral, lalu menatapku.

”Ine tahu Owen sering memperhatikan aktivitas Ine. Ketahuilah, setiap kita memiliki waktu 24 jam sehari-semalam. Maka untuk sukses kita harus bisa menyiasati waktu 24 jam dan bangunlah ketika orang tertidur! Gunakan waktu itu untuk aktivitasmu yang baik, jika tidak demikian, waktu yang akan menggilasmu!”

Alhamdulillah Kak Elan tidak lama dirawat di RSUD, sekarang sudah bisa pulang , tapi Kak Elan masih dapat izin istirahat dari sekolahnya, aku mendapat tugas menemaninya di rumah. Ine menghadiri acara pembagian raport di sekolahku dan sekolah Kak Elan. Kami berdua berdebar-debar menunggu kepulangan Ine dari sekolah, kami penasaran akan hasil ujian kami, ini ujian perdana secara online yang kami ikuti pada tahun 2019 ini.

“Asalamualaikum,” ucap Ine dari pintu depan

“Wa’alaikumus-salam wa rahmatullahi wa barakatuh,” jawabku dan Kak Elan

Kami berlari memeluk Ine. “Bagaimana hasil belajar kami selama enam bulan ini Ine Cayang? Maafkan kami jika hasilnya mengecewakan Ine dan Ama,” sapa Kak Elan dengan manja. Ine merangkul kami, matanya semacam ada bendungan air dan berbinar-binar

“Anakku, Ine tidak harapkan kalian jadi juara kelas, Ine inginkan kalian jadi juara yang abadi yaitu beraklhak yang mulia mengikuti jejak Rasullah SAW. Alhamdulillah, kali ini kedua anak Ine kembali mendapatkan predikat juara, Ine harap kalian tidak sombong!”

“Besok kita berangkat ke Padang! Kenapa Ine selama ini sering larut dengan laptop? Ine mengais rezeki yang halal melalui laptop itu! Ine menyiapakan tugas sebagai guru, terima orderan mengetik, menulis cerita untuk majalah dan beberapa penerbit. Ine lakukan semua agar kita punya dana untuk pergi liburan ke tempat Ama,” ujar Ine dengan penuh cinta kasih.

“Terima kasih Ine Cayang atas hadiahnya, Ine adalah malaikat untuk keluarga kita, laptop Ine bawa berkah. Selamat hari guru Ineku, terimalah hadiah dari tabungan kami berdua,” ucapku sembari memberikan kado sebuah laptop baru untuk Ine.

Bener Meriah, 27 November 2019


PROFIL PENULIS

Penulis bernama Fahmul Haqqi, lahir pada tanggal 5 Februari 2011. Sehari-hari aku dipanggil dengan panggilan Dek Mul, anak bungsu dari tiga bersaudara. Sekarang duduk di kelas 3B MIN 3 Bener Meriah dan kelas 3 di TPA Cahaya Azami. Mempunyai hobi: melipat-lipat kertas jadi mainan, membaca, menggambar, memancing, dan bertani. Bercita-cita ingin menjadi pilot dan penulis.

***
Judul: Ine dan Laptopnya
Karya: Fahmul Haqqi
Tema: Tentang Ibu
Ide Cerita: Menceritakan tentang Ine, Ibu dalam suku Gayo Provinsi Aceh dipanggil dengan tutur Ine. Cerita ini mengisahkan seorang Ibu yang merupakan wanita super baja, dia memiliki dua anak, dan hidup terpisah dari suaminya yang sedang menuntut ilmu nun jauh di sana. Seorang Ibu yang berprofesi sebagai guru, dia tidak mengenal lelah, selalu berusaha yang terbaik untuk anak-anaknya dan tugasnya. Dalam beraktivitas setiap harinya, Ine tidak bisa terlepas dari laptop. Ada apa gerangan dengan Ine dan laptopnya dan kenapa demikian?

Tokoh:
Owen
Ine (Ibu)
Kak Elan