Oleh : Mita Fitria
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Ar-Raniry dan Siswa Sekolah Kita Menulis.
Kabar burung dari pulau timur terdengar jelas, lagi-lagi Aceh menerima berita duka bahwa telah meninggalnya salah satu sosok pendekar yang berasal dari provinsi Aceh yang mengabdi di pelosok Indonesia bagian timur, siapakah beliau? Beliau adalah yang akrab disapa dengan Cekgu Zaki. Sebagaimana diketahui kabar duka ini mendadak viral di jagat maya dan berbagai ungkapan belasungkawa pun beredar luas diberbagai media sosial.
Cekgu merupakan nama lain dari guru, sehingga profesi Zaki sebagai seorang guru membuat netizen memanggil namanya sebagai Cekgu. Cekgu Zaki merupakan salah satu alumni Universitas Al-Muslim yang berada di provinsi Aceh tepatnya di Bireun. Beberapa waktu lalu dikabarkan oleh Cut Asmaul Husna bahwa Cekgu Zaki sudah dishalatkan dan dimakamkan di Nabire, Papua. Pemuda kelahiran Coet krueng ini mengabdi di SD Mbiandoga Distrik Mbiandoga, kabupaten Intan Jaya provinsi Papua.
Cekgu Zaki dikabarkan meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya selama beberapa waktu lalu dan sempat mengalami koma di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Papua. Diketahui bahwa Cekgu Zaki hanya berprofesi sebagai guru honorer saja. Pengabdian tersebut telah beliau lakukan selama lima tahun terakhir. Kerinduan seorang ibu tidak dapat terobati karena keterbatasan ekonomi yang mereka miliki sehingga ibu dari Cekgu Zaki tidak sempat mendampingi anaknya pada saat menutup mata terakhirnya.
Awal mula pertualangan Cekgu Zaki hingga sampai ke tanah Papua tersebut dimulai pada saat beliau mengikuti seleksi Program Guru Penggerak Daerah Terpencil melalui Program Pogja Papua. Seleksi ini berlangsung di Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta yang diikuti oleh ratusan peserta tetapi peserta yang berasal dari Aceh hanya Cekgu Zaki lah yang satu-satunya lulus dalam program tersebut.
Pengabdian yang Cekgu Zaki lakukan sangatlah memprihatinkan karena harus meninggalkan ibunya seorang diri di kampung.
Setelah diberikan pembekalan untuk diterbangkan ke negeri Cendrawasih tersebut pemuda asal Aceh ini hanya memiliki uang pas-pasan yang sebagian uangnya tersebut hanya diberikan cuma-cuma oleh salah satu temannya. Selain itu pemuda yang berprofesi sebagai guru honorer ini tidak memiliki hp android seperti pemuda yang hidup pada zaman teknologi saat ini. Cekgu Zaki juga sebagai satu-satunya tulang punggung keluarga yang diharapkan untuk menghidupi ibunya yang tinggal sebatang kara. Keterbatasan finansial membuat Cekgu Zaki mau tidak mau harus terbang ke Papua.
Tak hanya masyarakat yang menerima luka yang sangat mendalam tetapi pemerintah juga ikut merasakannya. Pemerintah bahkan mengungkapkan kesedihan atas berpulangnya sosok pahlawan tanpa tanda jasa tersebut. Selain itu Nova Iriansyah sebagai Plt. gubernur Aceh dikabarkan juga ikut turun langsung menemui ibu Cekgu Zaki di kediamannya. Sebagai bentuk salah satu kepedulian pemerintah terhadap keluarga yang ditinggalkan, pemerintah memberikan santunan bahkan menjanjikan akan memfasilitasi keluarganya jika ingin berziarah ke tanah Papua. Walaupun bantuan yang diberikan tidak dapat menyembuhkan rasa kesedihan ibunya tetapi setidaknya dapat mengurangi musibah yang sedang menimpa.
Dalam konteks Peduli kemanusiaan, Eddie Foundation sebagai salah satu lembaga kemanusiaan yang berada di provinsi Aceh juga mengungkapkan bela sungkawa terhadap musibah yang sedang menimpa serta memberikan piagam penghargaan kepada Almarhum Cekgu Zaki yang diberikan langsung oleh Teuku Eddy Faisal Rusdi selaku direktur dari lembaga tersebut dan didampingi oleh jubir bicara (Jubir) Akmal Rusli.
“Piagam penghargaan dan santunan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi yang cukup tinggi dari lembaga Kemanusiaan Eddie Foundation kepada almarhum Muhamad Zaki, Putra Aceh yang mendedikasi hidupnya dalam dunia pendidikan, sehingga telah merubah wajah pendidikan Papua khususnya, Indonesia umumnya.” Pungkas Direktur Eddie Foundation
Banyaknya simpati dari pemerintah dan lembaga di Aceh menjadikan satu bukti bahwa masyarakat Aceh sangat menjunjung tinggi nilai perjuangan.
Penulis sangat berharap semua yang dijanjikan oleh pemerintah seyogyanya dapat terwujud tanpa ada kendala untuk mengobati kerinduan seorang ibu terhadap anaknya. Selain itu dalam konteks mengapresiasi saya selaku penulis sangat bangga terhadap sosok Cekgu Zaki. Indonesia memang sangat membutuhkan pahlawan seperti Cekgu Zaki untuk mencerdaskan anak bangsa.
Berbicara tentang persoalan pendidikan memang tidak akan pernah ada ujungnya, perjuangan Cekgu Zaki mengingat kita akan wajah pendidikan yang dialami oleh masyarakat Papua. Kekurangan pendidik bagi masyarakat Papua bukanlah persoalan baru yang harus diberantas oleh pemerintah, seluruh pelosok Indonesia semestinya mendapat pendidikan yang sama sedangkan kian hari permasalahan ini tidak kunjung usai sehingga anak-anak Papua tidak bisa mengeyam pendidikan dengan baik.
Takutnya permasahan ini akan menjadi bumerang nantinya terhadap potensi anak-anak Papua dimasa yang akan datang.
Seyogyanya hak mereka untuk memperoleh pendidikan juga harus terpenuhi. Apabila kondisi seperti ini tidak segera ditangani tanpa adanya penanganan lebih lanjut oleh pemerintah, maka dapat dipastikan bahwa anak-anak Papua akan berada dalam lingkaran kebodohan atau bahkan akan jatuh dalam belenggu keterpurukan.
Kisah perjuangan Cekgu Zaki memang membuat semua mata terbuka. Pemerintah tidak boleh santai-santai saja atau bahkan tidur menikmati kondisi pendidikan hari ini. Cekgu Zaki perjuanganmu memang luar biasa, semoga ilmu yang diberikan ke anak Papua akan menjadi bekal untuk mereka di masa depan. Semoga atas musibah yang sedang melanda ini, semua mata dari pelosok negeri dapat mengambil hikmah yang terkandung didalamnya. Kisah Cekgu Zaki diharapkan dapat menjadi panutan dan contoh bagi seluruh pendidik yang ada di Indonesia.
Cekgu Zaki laskar Aceh di negeri pelangi Papua, pengabdiannya tanpa tanda jasa, meski telah tiada namamu dan perjuanganmu tetap kami kenang sepanjang masa.