Notification

×

iklan dekstop

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ekonomi Islam Unsyiah Kembali Sukses Mengadakan Program Webinar Series

Sabtu, 25 Juli 2020 | Juli 25, 2020 WIB Last Updated 2020-07-25T13:29:07Z


Banda Aceh – Jum’at (24/7) iESA (Islamic Economics Students Association) FEB Unsyiah kembali sukses mengadakan acara webinar untuk kedua kalinya, setelah sebelumnya mendapat respon positif dalam webinar yang pertama. Dengan mengusung tema “Peran Halal Tourism dalam Membantu Sektor Ekonomi di Era New Normal” dan total peserta yang berjumlah 600 orang, program webinar series ini menjadi salah satu terobosan bagi iESA untuk terus berperan aktif dan memberikan dampak yang baik bagi seluruh kalangan masyarakat. 

Acara ini langsung dibuka oleh Dr. Ridwan Nurdin, M.A yang merupakan salah satu Akademisi dan Ketua EKUBI Unsyiah. Selain itu, iESA juga turut mengundang beberapa Speaker dari berbagai instansi yaitu Jamaluddin SE, M.Si, Ak selaku Ketua Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh, Hasbul Fayadi selaku Ketua Japnas Aceh dan Ketua Pengurus Daerah Persatuan Perusahaan Perikanan Indonesia Aceh, Mussanurvan selaku Sekjen DPP APIKMA, Ir. Yusri syamaun, SE selaku Ketua Perhimpunan Hotel Dan Restoran Indonesia (PHRI) Aceh, dan Zainuddin johan, SE selaku Ketua Himpunan Prama Wisata Indonesia Provinsi Aceh.

Aceh merupakan salah satu dari sembilan provinsi di Indonesia yang menjadi destinasi unggulan atau daerah pengembangan wisata halal. Namun, semenjak adanya covid-19 ini telah membawa dampak yang sangat signifikan terhadap pariwisata di seluruh dunia, termasuk Aceh. Maka dari itu, Pemerintah Aceh hingga saat ini terus merancang strategi terbaik dan mendorong peran sektor wisata halal agar dapat terus berkembang. Karena dengan meningkatnya sektor pariwisata halal juga akan mendorong terjadinya peningkatan dalam sektor perekonomian.

“Beberapa strategi yang akan diterapkan diantaranya adalah program clean, health and safety. Kedua, meningkatkan kesadaran masyarakat untuk terus mengkonsumsi makanan yang bersih dan higienis. Kemudian, tempat wisata juga harus selalu dalam keadaan bersih, aman, serta mudah untuk melaksanakan ibadah menjadi prioritas utama. Dengan begitu, Aceh akan menjadi pilihan destinasi utama bagi para wisatawan yang berkunjung.” ungkap Jamaluddin.

Menurut Hasbul, perlu diferensiasi bagi Aceh dalam mengembangkan sektor pariwisata, Kemudian, hingga saat ini masih banyak potensi yang belum digarap oleh Dinas Pariwisata Provinsi Aceh, salah satunya dalam bidang ekonomi kreatif. Kenapa ekonomi kreatif? Karena bidang inilah yang dirasa sangat berpotensi dan berpeluang besar dalam mendorong digitalisasi, periklanan, serta marketing untuk membantu proses pengembangan wisata halal di Indonesia, khususnya Aceh. “Hal ini tidak bisa hanya dijalankan oleh dinas pariwisata sendiri. Tetapi, diperlukan bantuan semua pihak sehingga nantinya wisata halal dapat maju.” sambungnya.

Sependapat dengan Hasbul, mengenai pentingnya bantuan pihak lain, Mussanurvan juga mengatakan bahwa berbagai hal yang dilakukan pemerintah pastinya membutuhkan bantuan dari para pelaku usaha. Dan meskipun kondisi sekarang ini telah menyebabkan terjadinya penurunan daya beli masyarakat, menghambat proses produksi, serta tenaga kerja yang susah untuk di maintance. Akan tetapi, hal positif juga terlihat dari adanya kegeliatan ekonomi, dimana orang-orang ingin terus berkreatifitas dalam mengembangkan usahanya.

Menurut Yusri syamaun, Dibalik berbagai dampak tersebut, pastilah ada rahmat dari Allah SWT yang mungkin tidak kita ketahui. Pandemic ini telah memberikan pembelajaran bagi kita semua untuk terus memperbaiki pelayanan dan kebersihan dimasa yang akan datang dalam menyambut wisata halal kedepan. Seluruh pengelola wisata aceh harus menerapkan protokol kesehatan di tempat tempat wisata maupun di restoran restoran yang ada. Dengan pandemic covid ini, harapannya bahwa dunia perlu bangkit. Apalagi untuk Aceh yang mempunyai keunikan tersendiri dalam sektor wisatanya. 

“Aceh mempunyai brand wisata halal yang baik tetapi fakta yang ada memang masyarakat belum siap terhadap sadar wisata. Kemudian ada hal yang menarik dalam kajian ini yaitu kemampuan pemerintah terbatas oleh karena itu perlu bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu masyarakat juga berperan penting untuk memajukan pariwisata jika dalam hal ini masyarakat tidak acuh maka wisata satu daerah tidak akan mampu. Kemudian perlu adanya konektivitas yang baik, ekonomi kreatif, Digital marketing, Karena di era Covid ini semua daya beli masyarakat turun tetapi ketika memasuki bulan Juli sudah ada era New Normal Mari semua kita kembali normal, Ekonomi kembali normal tetapi tetap mengikuti protokol kesehatan yang ada, Dan menraik nya protokol kesehatan itu sendiri identik dengan Halal tersebut. Halal tourism is for all”, tutup Ridwan selaku moderator.

(ril/RA)