Oleh : Sofiatun Ma'fufah
Ketika sedang menuju kantor, aku menyaksikan sejenak duel merpati versus tikus diatas salju. Saat itulah seorang bangsat mencoba merampokku. Tentu saja ia membawa pistol. Iya muncul di belakangku dan menodongkan pistolnya di dasar tenggorokanku. Pistolnya dingin dan sebenarnya terasa menyenangkan, seperti menjalani akupuntur. "Santai saja, Sis" katanya.
Caranya memanggilku menjelaskan mengapa ia merampokku. Aku tidak terlihat seperti orang ingin kau rampok, bahkan jam 5 pagi. Penampilanku lebih mirip patung artefak kuno yang ada di dekat Kirovgrad, Ukraina.
"Oke" kataku sambil mengangkat tangan.
Tikus dan merpati tadi melarikan diri. Dasar pengecut!
Aku berputar menghadapnya sehingga pistol itu menjauh dari kepalaku dan membuat tangan kananku yang terangkat berada diatas lengan bangsat itu. Kuraih sikunya dan kuletakan keatas sampai ligamennya meletup seperti bunyi gabus sampanye.
Ligamen membungkus berbagai ujung tulang dalam sebuah jalinan mirip pita yang digulung dan diuraikan lagi, mirip plester pada pegangan raket tenis. Saat tangan kananku menemukan sikunya, tangan kiriku yang entah bagaimana sudah berada didekat telinga kananku kini melesat kearah tenggorokannya bagaikan sebilah pisau.
Bila tepat sasaran, tanganku menghancurkan tulang rawan yang menahan trakeanya supaya tetap terbuka untuk bernapas. Sekali dia mencoba bernapas, batang tenggorokannya akan mengatup. Saat itulah, sang maut akan menjemput kurang dari enam menit lagi.
Jadi kupaksakan lesetan tanganku lebih keatas. Kulewatkan dagunya atau bahkan mulutnya yang pasti bakal menjijikan dan langsung membidik hidungnya.
Hidungnya hancur dan banyak mengeluarkan darah. Bangsat itu roboh menghantam aspal dan pingsan. Kukontrol diriku supaya tenang. Aku memang tenang, hanya kesal. Kugulingkan tubuh si bangsat hingga ia tidur menyamping supaya tidak mati karena tersedak.
Sebelum berdiri kupungut pistolnya. Senjata itu benar-benar jelek. Dua bilah logam yang disatukan bahkan tidak dilengkapi gagang dan silindernya agak kurang ketengah. Sepertinya cikal bakal benda itu bermula dari pistol yabg digunakan untuk menandakan mulainya lomba lari. Sesaat pistol jelek itu membuatku merasa baik kalau merujuk kepada keadaan 350 juta pistol di Amerika Serikat. Tapi kemudian kulihat ujung pelurunya terbuat dari kuningan dan terlihat betapa mudahnya benda sekecil itu bisa membunuh seseorang. Aku membengkokan larasnta dan melemparkannya ke saluran pembuangan air.