Notification

×

iklan dekstop

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Alam Ini Milik Siapa ?

Kamis, 02 Juli 2020 | Juli 02, 2020 WIB Last Updated 2020-07-02T00:25:47Z



Oleh Muhammad Iqbal
Siswa Sekolah kita Menulis dan Mahasiswa di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Hutan yang kita banggakan, setiap harinya mengalami perusakan oleh manusia, pembakaran hutan dengan motif membuka lahan, belum lagi tambang-tambang illegal, pabrik pabrik yang nakal, dan aktifitas illegal loging yang semakin merajalela di dalam hutan belantara, Ketidak pedulian kita terhadap lingkungan dikhawatirkan  akan menjadi bom waktu, bahkan itu tidak berdampak pada ruang lingkup yang kecil saja, tetapi ia akan berdampak pada keberlangsungan hidup warga sekitar, flora dan fauna dan akan berdampak kepada anak cucu kita.

Karena dipengaruhi faktor ekonomi, manusia yang berada di atas rantai makhluk hidup, tanpa nurani menguras alam dan isinya tapi tidak mempertimbangkan keseimbangan alam, padahal keseimbangan alam sangat berpengaruh kepada keberlanngsungan hidup manusia. Alam yang kita banggakan adalah tempat hidup dari jutaan spesies flora dan fauna, terdapat spesies yang hanya ada di hutan kita saja, seperti Harimau sumatra, Orang utan, Bunga bangkai, kayu cendana dan banyak lainnya.

Aktifitas tambang yang kurang memperdulikan lingkungan, akan berdampak pada lingkungan warga sekitar itu sendiri, rawan nya banjir, potensi terjadi nya longsor, pencemaran lingkungan yang berujung pada terganggu nya mata pencaharian warga sekitar. salah satu contoh di Kabupaten Aceh Selatan, Menggamat, beberapa tahun belakang daerah ini dikenal sebagai daerah yang makmur, masyarakat nya pun sejahtera, tapi setelah persedian bijih besi dan persediaan emas berkurang, perlahan lahan pun penduduk sekitar mulai merasakan dampaknya, ada beberapa perusahaan yang mengekploitasi daaerah tersebut PT. Pinang Sejati Utama dan PT. Beri mineral uatama, pada tahun 2013 PT. Pinang Sejati Utama berhenti melakukan eksploitasi, tidak berhenti disitu  antusias warga sekitar dan pendatang melanjutkan tambang tersebut, peninggalan dari proses penambangan telah menggunduli belasan hektar tanah gunung dan meninggalkan lobang atau black hole yang kedalamannya mencapai puluhan meter, akibatnya warga sekitar pun kini merasakan dampak banjir pada musim penghujan (AntaraAceh, 2015)

Ditambah lagi dengan kegiatan illegal logging yang semakin merajalela, seakan sudah seperti rahasia umum, pembalakan liar biasanya terjadi di belantara hutan, dengan cara barbar, sebenarnya pemanfaatan pohon hutan dibolehkan dengan beberapa syarat yang harus diperhatikan, seperti hanya menebang pohon yang sudah panen, dan melakukan penanam kembali, dalam kegiatan Illegal logging penanaman tidak dilakukan lagi, sehingga tidak bisa disebut pengelolaan hutan lestari, di dalam UU nomor 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, Menurut UU tersebut, pembalakan liar adalah semua kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu secara tidak sah yang teroganisir.

Kegiatan pembalakan liar sangat menganggu ekosistem hutan, selain dapat membahayakan flora dan fauna kegiatan itu dapat mengurangi kompleksitas yang mendukung dalam suatu ekosistem, sehingga menurunkan manfaat bagi lingkungan sekitar nya. bayangkan jika puluhan tahun masih berlanjut mungkin hutan yang masih kita lihat sekarang, perlahan-lahan mulai terlihat rontok, dampak dari pembalakan liar sebenarnya terbagi dalam dampak ekologis dan dampak ekonomi, dalam segi ekologis  ia akan menimbulkan bencana seperti banjir , longsor. sedangkan dalam sisi ekonomi kegiatan ini mengurangi penerimaan devisa negara sebesar 30 triliun setiap tahunya.

jika melihat dari sudut pandang teologis manusia pada dasarnya sebagai khalifah seperti yang telah Allah Swt firman kan di dalam surah Al-Baqarah ayat 30, pada tafsir Al-misbah kekhalifahan mengandung 3 unsur manusia sebagai khalifah, bumi menjadi tempat tinggal manusia, tugas kekhalifahan di bebankan kepada Manusia, yang berarti manusia mempunyai tanggung jawab sebagai pemeliharaan, pengayoman dan pengarahan menuju hakikat pada penciptaan makhluk lain. dengan melihat keadaan sekarang  kita jadi sadar bahwa manusia sudah lari dari kodratnya sebagai khalifah ,dalam hal ini Profefsor Nanat Fatah Natsir mengungkapkan "Kerusakan ini jika dihubungkan dengan sejarah peradaban modern adalah buah dari penuhanan terhadap diri manusia," dia juga berpendapat bahwa manusia modern cenderung memandang alam sebagai sesuatu yang harus ditaklukkan dan untuk melayani manusia.

Memang terdengar masuk akal perkataan beliau, dan berati prilaku manusia yang sekarang ini sebanarnya sudah di firman kan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw di surah Ar-Rum ayat 41 yang berbunyi "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". Dalam Tafsir Al-wasith karangan syeikh wahhbah az-zuhaili yang juga seorang pakar fiqih dan tafsir dari negeri suriah, beliau  menafsirkan "Menyebarnya keburukan serta diangkatnya keberkahan, peperangan, bencana, berkurangnya keturunan dan lainnya, semua disebabkan oleh  apa yang telah dilakukan manusia, semua itu adalah hukuman bagi perbuatan mereka sendiri. 

Kemudian hikmah yang bisa kita ambil adalah sisi kemaha lembutan Allah dengan membuka pintu taubat kepada siapa pun hamba-Nya". 
Teringat kisah pada masa kekhalifahan Harun Al-Rasyid, saat sedang berjalan mengelilingi kerajaan nya, dari jauh ia melihat seorang kakek tua yang sedang sibuk dengan aktifitsnya nya sampai ia tidak menyadari sang khalifah sedang menghampiri nya, sesampai disitu sang khalifah memberi salam, setelah kakek itu menjawab, khalifah bertanya lagi apa yang sedang kakek lakukan, sang kakek pun menjawab saya sedang menanam pohon, lalu khalifah tertawa, dengan nada menyindir, "kakek sudah tua, baru nanam pohon, nanti pohon nya tumbuh, kakek sudah kembali,". Sang kakek pun menjawab, "Bukankah pohon yang kita manfaatkan hari ini, hasil dari yang ditanam oleh leluhur kita, bukankah kerajaan yang anda miliki hari ini, adalah hasil dari perjuangan para pendahulu anda". Sang khalifah terdiam, jawaban singkat si kakek telah menngajarkan filosofi dan nasehat yang mendalam kepada sang khaliffah. Seperti kata dari pepatah indian, "Kita tidak mewarisi alam dari pendahulu kita, tapi kita meminjam Alam ini dari Anak cucu kita".

Sebenarrnya solusi atas masalah tersebut tergantung pada pemahaman masyarakat, semakin masyarakat sadar dengan makna menjaga alam, maka semakin terjaga pula alam kita. Karena menjaga alam bukan semata-mata atas kehendak manusia, tetapi juga atas kehendak yang maha kuasa. Oleh karena itu, ketika manusia hendak patuh pada yang maha kuasa, maka terbuka pula pemahaman bahwa menjaga alam adalah ibadah dan menjadikan manusia telah memenuhi kodratnya sebagai khalifah.