Notification

×

iklan dekstop

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ratep Pang Genancing : Teman Paling Setia

Minggu, 14 Juni 2020 | Juni 14, 2020 WIB Last Updated 2020-06-14T14:24:08Z

Penulis :Fauzan Azima

Allahumma shalli wa shalli
Wa salimbi ya Muhammad 
Lepas ummat wate muniti
Nepreh kamoe bak ulee titi.

Ya Umar, Usman, Ali
Abu Bakar sahabat Nabi
Siti Fatimah binti Rasuli
Ya Rasulullah junjungan kami

Lailahaillallah 
kalimat thayyibah bekai tamate
Tahudep ngeun cahya Nabi
Tamate ngen janji Allah

Lailahaillallah
Kalimat thayyibah bekai tamate
So yang baca kalimat nyan
Selamat iman wate tamate

Lailahaillallah 
Kalimat thayyibah ke payong page
Kalimat tauhid kalimat ma’rifat
Kalimat syahadat ke beukai akhe

Lailahaillallah 
Tama’rifat malam ngen uroe
Sungguh-sungguh tama’rifat
Kadang leupah lailatul qadar

Lailahaillallah 
Kalimat thayyibah awai phon jadi
Aras kursi dengan kalam
Sinan uram di sinan punca

Lailahaillallah 
Kalimah Thayyibah Rahasia mate
Menyoe han ek takhen ngon lidah
Allah Allah takhen lam hate
————————————-

Demikian penggalan rateb yang diajarkan Pang Genancing kepada pasukan GAM Wilayah Linge. Pada saat konflik, rateb itu menemani hari-hari kami dalam susah maupun senang. 

Kami tidak pernah tahu judul rateb itu. Kadang-kadang kami menyebutnya “selawat,” tetapi kami sudah faham lirik dan lagunya kalau disebutkan “Rateb Pang Genancing.”

Saya sendiri pertama kali mendengar rateb itu pada saat masuk darurat sipil tahun 2004 di tengah hutan Samarkilang. Rateb itu dilagukan Aman Sauri Pang Kalang dengan Pang Gegana. 

Ketika mereka melantunkan rateb itu, saya merinding, merasakan kehadiran kekuatan ghaib di dalam belantara itu. Saya renungkan, rateb ini pasti disusun oleh para ahli ma’rifat, yang dalam dunia seni sudah mencapai tingkat isoterik.

Begitu seringnya pasukan melantunkan “ratib kalimah thayyibah” itu saya pun jadi hapal sebagian. Kami pun sering melagukan bersama-sama setelah menyanyikan “Hikayat Prang Sabe” karya Tengku Chek Pante Kulu.

Pang Genancing yang bernama lahir Tengku Junaidi, punya sisi lebih, di samping sebagai pasukan tempur yang sudah teruji, juga dianugerahi suara tinggi dan merdu dalam berselawat dan berlagu, serta pandai mengarang irama dan lagu. Bahkan ketika becanda pun beliau sering sindir pasukan lainnya dengan syair didong. 

Pasukan pada tempat-tempat yang aman sering berdidong, dan Pang Genancing sebagai ceh-nya dan pasukan lainnya sebagai penepuk dan seorang sebagai “peningkah.”

Di dalam pasukan GAM Wilayah Linge, Pang Genancing memang bukan satu-satunya pasukan yang mempunyai bakat berseni suara. Tercatat juga Gubernur Husni Jalil sebagai seniman didong, Tengku Muhammad atau Pang Jantung dan Tengku Ismuddin atau Pang Renggali juga sebagai gitaris dan penyanyi.

Karirnya sebagai pasukan GAM Wilayah Linge, bermula dari pasukan Mukim Dawat Item, kemudian sebagai pasukan penjaga Radio Induk Buraq Antara, selanjutnya sebagai pasukan GAM Daerah I, sebelum menjadi pasukan Wilayah Linge dan pernah membantu pasukan GAM Wilayah Alas dan Tanah Karo.

Pang Genancing, kini menetap di Bener Meriah sebagai roaster dan barista kopi Gayo serta membuka usaha Coffee shop di puncak gunung Oregon, yakni batas antara Aceh Tengah dan Bener Meriah. 

(Mendale, Ahad, 14 Juni 2020)