Oleh : Dewi Riani ( ketua umum kohati, HmI cabang takengon priode 2019-2020)
Terdengar ketukan pintu dari luar aku bergegas untuk segera bangun membuka pintu ternyata ibunda tercinta telah membangunkan saya untuk segera sholat subuh berjamaah, terdengar bibik sudah menyiapkan sarapan pagi maka kami segera menyantapnya agar aku cepat pergi kuliah dan ayah ibuku pergi ke kantor.
Haripun sudah terlihat terang aku segera bersiap-siap agar tidak terlambat datang ke kampus, dosenku sangat konsisten dengan waktu saat mahasiswa ada yang terlambat datang maka tidak diizinkan untuk masuk melaksakan pembelajaran. Rugi dong jika aku hadir ke kampus tidak dapat belajar, gumanku dalam hati.
Aku terkenal anak yang pintar, ganteng, ramah dan tinggi, kulitku berwarna sawo mateng, tak heran jika banyak wanita yang menyukaiku wkwkwkwkwk terlalu kepedan amat sih. Meskipun begitu akau adalah anak yang mandiri tidak ingin menyusahkan kedua orang tua dan itu salah satu kekaguman orang lain padaku. Setelah sampai aku menunggu sahabatku di halte depan kampus sebelum jadwal masuk ruangan.
Saat menunggu untuk mengisi waktu luang sebelum sahabaatku datang aku membaca buku mengulang kembali pelajaran minggu lalu. Tak lama kemudian sahabat ku yang benama Dony datang dengan gaya anak motor nya, ia sangat suka datang ke kampus naik motor astrea yang dimodifiksi secantik mungkin, agar terlihat keren katanya.
Ketika ia sampai dihadapanku dengan suara yang keras seketika ia mekukul pundakku berkata “hy sahabatku jangan sok rajin deh, seperti aku aja yang biasa-biasa tapi tetap mendapatkan nilai yang bagus,hhhhhhhhh”. Melihat Dony sangat ceria.
Tak menunggu lama kemudian jadwal masuk ruangan telah tiba kami segera menuju ruangan yang terkenal dengan keributannya sebelum dosen datang, bermancam-macam yang dibincangkan oleh teman-temanku sampai membuat ruangan itu seperti pasar penjual memanggil para pembeli. Datanglah dosen yang terkenal kiler seketika kelas menjadi suasana yag sepi seperti tidak ada penghuninya.
Perkuliaan telah selesai waktu sudah menunjukkah djuhur kami kemudian mecari warung untuk sarapan siang, waktu terus berlalu akhirnya aku tiba sampai di rumah.
Keesokan harinya ketika berangkat kuliah di kampung sebelah aku melihat gadis cantik berkerudung merah duduk depan rumah ditangan terdapat tongkat ternyata ia gadis buta, wajahnya yang cantik, sholeh pakaiannya, seperti aku penasaran dengannya.
Setiap pergi kuliah aku melihatnya sedang duduk di halaman depan rumah, sepertinya aku jatuh hati pada nya tetapi kenapa ia buta. Aku terus memperhatikan ia dari jauh, pada suatu hari aku nyamperin dia beserta keluarganya.
Saat berbincang-bincang aku kepo tentang dia maka kutanyakan pada ibunya ternyata ia seperti itu karena kecelakaan berat terbenturnya kepala akhirnya menyebabkan kebutaan. Namanya Aisyah umurnya sudah 22 tahun tak beda jauh dari ku hanya berbeda 1 tahun di bawahku.
Aku sering berkunjung kerumahnya sampai-sampai aku dekat dengan keluarganya dan keluargaya meganggap aku sebagai anak sendiri, aku sangat bahagia mengenal keluarga mereka yang ramah, tidak sombong bahkan pintu terbuka untuk siapapun yang berbuat baik.
Aku turut perihatin terhadap keadaan Aisyah dengan umurnya yang masih muda tetapi ia harus menjalani hidup dalam kegelapan hidupnya yang terkurung dalam rumah selalu di arahkan oleh orang lain, bersyukurlah kita yang masih dapat melihat indahnya dunia ciptaan allah yang luar biasa.
Beberapa hari aku tidak menngunjungi keluarga mereka aku terjatuh sakit hingga koma aku memiliki riwayat peyakit kangker otak ternyata hidupku selama ini juga tergantung dengan obat tibalah waktunya aku sehingga harus di rawat berat di rumah sakit, aku tidak memberiahkan kepada keluarga Aisyah, aku berpesan kepada mama dan ayah jika aku meninggal nanti maka donorkan mataku pada Aisyah anak kampung sebelah yang selalu menggunakan kerudung merah karena ia mnyukai warna merah.
Beberapa minggu sudah berlalu aku belum bangun dari tidurku, saat tiba waktunya Allah sangat menyayangiku dan akhirnya aku dijemput untuk kembali padanya. Keesokan harinya ayah mencari rumah Aisyah untuk menyampaikan pesan ku, setelah bertemu maka mereka menceritakan tentang aku, keluarga Aisyah sangat bersedih mendengar apa yang telah di sampaikan ayahku. Keesokan harinya Aisyah segera di bawa kerumah sakit untuk oprasi mata keluarga Aisyah sangat khawatir dengan keadaan Aisyah beberapa jam kemudian dokter keluar dari ruangan operasinya dan mengakatan bahwa oprasi berjlan dengan lancar, keluarga Aisyah sangat bersyukur dan bahagai akhirnya anak mereka bisa melihat kembali.
Aisyah hidup dengan bahagia kembali karena ia bisa melihat, namun di dalam hati aisyah selalu bertanya-tanya siapakah yang sudi mendonorkan matanya, orang tuanya menceritakan tentang siapa yang sudi mendonorkan matanya dia lah Andre yang telah mendonorkan mata untuk aisayah, aisyah sangat sedih dan merasa sangat berjasa pada Andre