Oleh: Lasma Farida
Burni Telong kau tinggi menjulang
Bersahaja aku mengintipmu dari Bale Redelong
Bersahaja tampilkan pesona
nuansa suka sekelumit juga ada duka
Bermain menatapmu dalam pandang
bercanda dalam tawa tanpa derai air mata
Makin kutatap kau makin elok
tawarkan kegagahanmu
rupawan menawan
Makin kukaji gali keberadaanmu
Makin hadirkan kegelisahan
pada nadirku
Melumatkan empatiku
Ingin terbang dalam ragamu
sedalamnya di rimbamu
kumenyelam untukmu
Mengapa ada apa denganmu cinta?
Aku merindu dalam hunusan sepi
Aku menunggumu
tak berjeda waktu
Kau adalah kecemasanku
tak bertepi
Kabarmu dalam rintik embun masihkah ada?
Aroma syair edelweis cinta suci atau cuma sekedar tangkai kembang karang bercadas
Senandung Reje Bujang
kesetiaan pada pasangannya atau itu cuma dongeng?
Ciuman tajam Wiwo gelatik
bersayap ekor cantik
bak susuk pengantin atau itu ilusi?
Tidak bisa 'tak lagi terbiasa leluasanya
mereka memburu
Apakah cinta atau benci?
Hingga kau tak bisa hinggap
untuk bersyair merdu beregenerasi berinteraksi
Berkembang biak tampakkan pada dunia bahwa kau ada pernah ada
kau bukan cuma dongeng belaka
Kau menjaga kelestarian alam
Bener Meriah
Kau mulai punah
Kau kini langka
Aku merindumu
berselimut awan sejuta aksara
Kau diusir oleh perambakan hutan
digadai dengan rupiah bicara keserakahan
ditembak oleh jail jahatnya senapan
Kau menepi menjauh dari asap kebakaran
Edelweis cinta itu abadi kenyamanan
Reje Bujang mencintai dengan kesetiaan
Wiwo mencintai dengan kesabaran
Burni Telong ada cinta
kesetiaan juga kesabaran
Kami anak manusia usik
sungguh terlalu pada tubuh jiwa ragamu
juga di habitat satwamu
Kau makin hari makin pucat pasi
senyummu terkadang tidak lagi
seindah dulu
Aku merindukan cintamu
bukan bencimu
Meski aku takut amarah-Nya
juga amarahmu
Beri aku kesempatan untuk merawatmu
Masih bisa menatapmu
hingga anak cucuku
Mempelajari tentangmu
Agar murka-Nya
dan murkamu tak terlalu
Menghunus cintaku padamu
Oh Burni Telongku
Bale Redelongku
Bener Meriah,19 Juni 2019