Oleh : Ridha Fatwa
Prodi Hukum Keluarga
Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Banyak orang yang menganggap broken home itu merupakan suatu keadaan keluarga yang ditandai dengan perceraian orangtua, atau perpisahan antara kedua orangtuanya. Namun, broken home juga bisa dapat diartikan sebagai keluarga krisis.
Keluarga krisis artinya kehidupan keluarga dalam keadaan kacau, tak teratur dan terarah, orang tua kehilangan kewibawaan untuk mengendalikan kehidupan anak-anaknya terutama remaja, mereka melawan orang tua, dan terjadi pertengkaran terus-menerus antara ibu dengan bapak terutama mengenai soal mendidik anak-anak. Bahkan keluarga krisis bisa membawa kepada perceraian suami istri.
Dengan kata lain krisis keluarga adalah suatu kondisi yang sangat labil di keluarga, dimana komunikasi dua arah dalam kondisi demokrasi sudah tidak ada.
Menurut penulis broken home bukan berarti yg orangtuanya bercerai lalu berpisah. Tidak cerai, tapi setiap hari bertengkar dan bahkan melakukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) didepan anak, itu lebih "broken home" daripada yang tidak cocok, atau beda pandangan lalu bercerai namun tetap bertanggung jawab.
Disini penulis ingin menekankan kepada pembaca bahwa persepsi tentang broken home itu harus dirubah, jangan karna orangtuanya bercerai "wah, orang ini broken home", jangan juga seperti itu. Malah justru mereka berpisah kadang itu untuk menyelamatkan anaknya.
Daripada setiap hari anaknya terus melihat orangtuanya bertengkar dan melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilihat. Mungkin beberapa orangtua lebih memilih berpisah karena demi kebaikan anaknya itu sendiri.
Keadaan keluarga yang kurang menguntungkan dapat menyebabkan terganggunya perkembangan remaja yang dapat menimpulkan kenakalan remaja dan gangguan psikologis seperti stres, kecemasan, depresi, narkoba, sampai bahkan melakukan hal-hal kriminal.
Tentunya banyak sekali dampak yang diterima oleh anak yang mengalami broken home. Tidak ada satu pun korban broken home yang bisa seperti anak dari “keluarga normal” umumnya. Mereka menyimpan rasa sakit yang sangat mendalam.
Tapi bukan berarti mereka tidak bisa jadi orang lebih baik daripada mereka anak-anak dari keluarga normal. Banyak sekali orang-orang sukses yang berasal dari keluarga broken home.
Siapa yang sangka mantan orang nomor 1 di Indonesia Pak Susilo Bambang Yudhoyono termasuk salah satu korban anak broken home.
Orang tua beliau bercerai saat beliau masih remaja. Sempat merasa terguncang akibat perceraian orang tuanya, beliau bertekad untuk mengubah hidupnya sambil berkata “di persimpangan itu saya bersumpah harus keluar dari situasi broken home dan menjadi seseorang”. Kata-kata itu pun terbukti dengan beliau menjadi presiden RI selama 2 periode.
Oleh karena itu, walaupun orang tua kalian bercerai atau merasa keluarga kita tidak seperti dulu, itu bukan akhir dari segalanya. Angkat bahu kita dan buktikan kepada semua orang bahwa kita akan hidup lebih baik dari orang-orang diluar sana walaupun kita bukan berasal dari keluarga yang utuh. Terus semangat dan lakukan hal-hal positif yang dapat membanggakan diri kita serta bermanfaat bagi orang lain.